aku gelengkan kepala, emmmm, "kamu jangan coba halangi doaku", jawabku.
Enggak kim, aku enggak akan menghalangi doa darimu, silahkan kamu berdoa memohon pada Tuhan dengan penuh khusu, biarkan doa kita bertarung disinggasana langit, doa mana nanti yang akan memenangkan pertarungan itu, doa kamu atau doanya aku.
Biar Tuhan penggenggam semesta ini yang akan tentukan semua itu, ketika Hera teguh dengan keyakinannya, aku hanya terdiam, sambil melepas nafas, ehmmm,
Jadi serba salah, susah memang berurusan dengan perempuan, "perempuan hanya ingin dimengerti dan dipahami", gerutuku. Â
"Bagiku yang terbaik bukanlah dia yang datang dengan segala kelebihannya, tapi dia yang tidak pernah meninggalkan pasangan dengan segala kekurangnya dan aku yakin dirimu adalah jodoh terbaikku kim". Hera menegaskan.
Kamu jangan bereksfektasi terlalu tinggi soal diriku, aku manusia yang terlalu banyak kekurangannya dan aku mungkin bisa kapan saja mengecewakanmu her, entah dengan perkataan atau perlakuanku, jadi aku bukanlah orang baik seperti yang kamu bayangkan selama ini, aku hanyalah manusia biasa yang sedang belajar menjadi baik.
Â
@@@
"Beri aku cukup waktu, agar aku bisa berdamai dengan hati dan pikiranku",
"Jangan tinggalkan aku Hakim", pinta Hera memelas, dengan mata sedikit berkaca-kaca. Aku tidak mau kehilangan kamu, harus dengan cara apalagi aku yakinkan dirimu kim, agar kamu tidak pergi dan percaya bahwa aku sangat tulus mencintaimu. Â
Tidak perlu ngotot meyakinkan aku Her, ini hanya diriku saja yang belum sepenuhnya yakin, "apakah diriku masih mencintaimu atau tidak", sekali lagi "hati yang pernah terluka ibarat kaca yang pecah meski disatukan kembali tetap akan terlihat goresan retaknya, nampak tidak sempurna", jawabku.