Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Hera, Maafkan AKu"

17 September 2024   10:39 Diperbarui: 17 September 2024   10:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar diambil di Tanggul Ubrug Jatiluhur (Dokpri)

"Hera Maafkan Aku"

Sekian lama dirimu tinggalkan aku, hanya kata maaf yang mengalun dari bibirmu, hanya itu!, satu tahun lebih dirimu tak berkabar, tega kamu ya her, aku sambil menggelengkan kepala, "dimana perasaanmu?", "apakah kamu tahu bagaimana perasaanku saat itu?", "aku tahu, pasti sakit Hakim" jawab Hera sambil meneteskan air mata, "betapa sakitnya hatiku saat kamu tinggalkan aku", tidak ada kabar dan berita, lanjut Hakim.

Kini dirimu datang, semudah itu kamu ingin kembali padaku, tidak mungkin, hatiku sudah pecah berantakan, tercabik, pedih dan perih menyayat perlahan, bagai luka yang tak berdarah, ibarat kaca ketika retak akan selamanya berbekas, tidak sesempurna dulu, begitupun rasaku padamu her.

Hera hanya terdiam, dalam hening ia mulai bicara, aku tahu, aku salah, aku berdosa telah meninggalkanmu tanpa kabar, tapi adakah maaf dari lubuk hatimu terbuka untukku, batinku selama ini seakan tersiksa atas semua, padahal aku tak bermaksud dari yang terjadi untuk menyakitimu hakim, tak pernah aku bayangkan akan seperti ini akhirnya, kalau kamu tahu, akupun sangat tersiksa, keadaanlah yang memaksa aku lakukan ini semua.

Ahhh, aku membuang rasa kecewa yang mendalam, melalui hembusan nafas, "aku tak perlu penjelasanmu her", iya aku juga paham hakim, aku tidak melakukan pembelaan dan pembenaran atas diriku, aku juga sulit untuk jelaskan semua yang terjadi, karena dirimu tak mungkin mengerti keadaanku.   

Dirimu begitu sensitive hadapi semua itu, padahal kalau saja menyeimbangkan antara rasa dan akal aku yakin tidak sepatal ini, apalagi kalau dirimu mau menyadari tentu semua bencana ini tidak pernah terjadi melanda hubungan kita.

"Kenapa rasa itu harus ada diantara kita?". "Entahlah aku juga tak tahu" jawabku, kalau pada akhirnya ada yang terluka diantara keduanya, "aku dan kamu, iya kita", tegasku, padahal tak ada niat sedikitpun aku harus menyakitimu her, kalau kamu tahu bahwa aku begitu menyayangimu setulus hati. Namun apa daya, kini semua itu aku simpan dikeabadian dan menjadi sejarah dalam hidupku.

Namun apapun itu, terimakasih her, kamu telah ada untukku walau sesaat, telah mengisi hari-hariku dengan penuh canda dan tawa dalam sepenggal jalan hidupku, masuk di ruang kosong dihati ini, walau ada yang lain, namamu tetap tersimpan rapi di palung hatiku, sekali lagi terimakasih atas segalanya.

@@@

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun