Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 2 Cibinong Jatiluhur

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Bukan Jodohku

6 Maret 2024   08:45 Diperbarui: 6 Maret 2024   09:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hello, kamu anggap aku baik-baik saja mas", setelah perselingkuhanmu dengan Tami semakin terkuak, kamu tahu gak sih perasaanku, hatiku hancur, remuk berkeping-keping, "ia maafkan itu salahku din"?  dengan dinginnya, "apa kamu bilang"? "maaf"?, setelah kamu bermain hati dengan Tami, "Tidak mas"!, "sekali lagi Tidaaak".  

@@@

Cinta, perhatian, kasih sayang semua telah aku berikan dan curahkan hanya padamu mas, beginikah balasannya?, kamu begitu tega mas mencampakan, menyia-nyiakanku, dan jauh lebih menyakitkan lagi kamu lakukan pengkhianatan ini dengan Tami sahabatku sendiri, teman dekatku. 

Jelaskan sepatal apa salahku? Andini terus saja bertanya pada suaminya, "terus maunya kamu apa sih?"  Rendi ngotot balik bertanya dengan suara agak meninggi, "aku mau kita pisah mas". Jawab Andini sambil berlalu meninggalkan Rendi.

@@@

 "Maafkan aku din", aku tak berniat menduakan, membuatmu bersedih, kecewa dan terpukul apalagi sampai mengiris serta menggoreskan luka dihatimu, sama sekali itu bukan niatku, semua aku lakukan "karena cintaku bukan untukmu, tapi untuk Tami", saat bibirmu tak sanggup berkata seakan terkunci begitu rapat, tetes air mata yang basahi pipimu menjadi jawaban atas segala gundah yang melanda, "maafkan aku, sekali lagi maafkan aku diin". Pinta Rendi.

Kamu terlalu baik buatku dalam segala hal, sesempurna itu Tuhan kirimkan sosok bidadari untuk diriku, namun entah kenapa sampai saat ini aku masih saja belum bisa mencintaimu seutuhnya dan bagiku itu sungguh sangat melelahkan.

Disaat harus menjalani hari-hari bersama orang yang tidak aku cintai, berat rasanya, apakah berada dalam keterpaksaan? Jelas, sangat tak mengenakan berada dalam posisi seperti ini, aku berusaha baik-baik saja dihadapan kedua orangtua agar mereka bahagia, namun di balik itu aku sangat tertekan dengan semua sandiwara yang aku buat sendiri.

Aku coba curahkan beban berat yang bergelayut dihati pada orangtua, namun "haahh" percuma mereka tidak paham dan tidak mengerti perasaan dan posisiku, semua begitu menyiksa telah membikin hari-hariku kelabu, aku coba selalu tersenyum dihadapan orang-orang walau sayatan-sayatan luka mulai mengiris kesunyian dan luka ini kian menganga walau tak berdarah, pedih gaes.

Aku sudah prediksi sedari awal karena cinta tidak pernah ada dalam hubungan kami, jadi rumah tangga yang dibangun harus berlandaskan cinta dan kasih sayang, saling menjaga, melindungi satu sama lainnya, saling menghargai, mengasihi, juga bisa memaafkan atas segala kesalahan dan bisa mengisi kekurangan masing-masing, ketika tidak ada itu semua dalam ikatan batinnya, maka keberlangsungan hidup berumah tangga akan terasa hampa.

 Kian hari hubunganku dengan Andini semakin tidak sehat, hingga kata pisah menjadi eksekutor dari segala masalah, "cerai" sekalipun tidak diharamkan tetapi Tuhan sangat membencinya, namun aku terpaksa memilih dan memutuskan jalan takdirku sendiri, "maafkan aku diin". Dengan berat hati, aku melepaskanmu untuk selamanya, sekali lagi maafkan aku karena tidak bisa mencintaimu seutuhnya, orangtua menginginkan kita bersama namun kita tidak berjodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun