Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 2 Cibinong Jatiluhur

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Demi Kamu, Apapun Aku Bisa!

4 Maret 2024   12:31 Diperbarui: 4 Maret 2024   12:43 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Demi kamu, apapun aku bisa

 

Menjelang  magrib, diatas langit sebelah barat masih terlihat awan merah merona, awan-awan berarakan masuk dalam dekapan malam, gelap mulai menyelimuti sekujur kampung, hembusan hawa dingin kian terasa dikulit, suara-suara binatang malam mulai keluar dan terdengar, pertanda perubahan waktu telah terjadi dari siang beranjak ke malam.

Diriku yang baru sampai ke rumah langsung menghempaskan tubuh dikursi yang tersedia diteras depan, untuk sedikit melepas lelah, karena panjangnya perjalanan seharian menemani seseorang untuk menuntaskan segala masalah yang menimpanya, begitu menyita waktu dan juga pikiranku, kalau bukan dia, rasanya aku malas meluangkan kesempatan.

Berada dalam kubangan limbah masalah yang sedang dihadapinya, ia merasa kebingungan kemana harus bersandar untuk mencurahkan segala beratnya beban dan mencari solusi, tentu aku tak tega, tak enak melihat itu terjadi menimpa dirinya. 

Padahal aku selalu berprinsip "jangan terlalu mudah membiasakan diri tidak enak pada oranglain, enggak semua orang yang kamu jaga perasannya menghargai perasaanmu juga. Biarlah apa adanya jangan terlalu di paksakan. Tapi untuk dirinya ternyata aku tak bisa, aku luluh juga, entahlah. 

Ya, kadang aku sedikit baperan untuk urusan yang satu ini hingga diselimuti rasa tak enak, padahal tak terasa dia telah bikin aku kecewa lebih dulu, aku seolah bego, soal apa?, ya karena tidak bisa menjaga perasaanku, Ekspektasiku terlalu tinggi, ketika tidak tercapai sesuai dengan keinginan, maka kekecewaanlah yang aku dapatkan, kecewa begitu berat. Kata Dilan yang berat itu "rindu" ternyata bukan hanya rindu kecewapun jauh lebih menyakitkan.  

Apakah karena telah ada rasa yang mampu merubah segala sikapku? entah!, apa karena aku mulai main perasaan hingga ada kecewa, bisa jadi, atau karena dalam diam aku terpentang ranjau-ranjau asmaranya, mungkin saja.

@@@

 

Aku dituntut untuk bisa menyelesaikan segala perkara yang ada, sedikitnya sumbangsih pemikiran yang aku berikan padanya bisa mengurangi bebannya selama ini, aku coba kasih masukan untuk tetap fokus, tentu fokusnya bukan pada masalah yang dihadapi tapi pada solusi, maka semua itu harus diselesaikan dengan kepala dingin sekalipun hati masih membara bergejolak panas bahkan mendidih dan sedikit agak menguras energi tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun