"kala kamu meletakan
segenap harapan pada orang lain,
kekecewaan akan menanti"
'jadilah sahabat bagi dirimu sendiri'
"Sesungguhnya semesta
mendampingimu,Â
dikala tak seorangpun
memahmaimu (Lentera senja).
Aku terkadang sulit untuk memahamimu seutuhnya, memahami segala hal, barangkali ini yang menjadi titik lemahku, apakah semua lelaki sepertiku juga..?, aku tak begitu tahu..!, tak peka, sulit bagiku untuk tafsirkan apa saja yang ada dalam ingin, harap, tujuan dan benakmu.
Dimana air mata terkadang menjadi jawaban dalam diammu, sebenarnya itu bukan yang aku inginkan, karena setiap tetesannya sulit di terka serta ditafsirkan. Bagaikan benang kusut, yang harus aku cari ujungnya agar dapat diurai, apakah akan membingungkan dan menyulitkan..? sudah pasti, ketika harus memprediksi semuanya. Karena aku terkadang sedikit cuek perihal rasa. Apakah harus ada rekonsiliasi..?, separah itukah?, padahal aku dan kamu tak pernah ada konflik.
Dalamnya lautan dapat aku selami dan jelajahi, saat aku inginkan keindahan dan juga hasilkan intan serta mutiara di dalamnya. Tapi kenapa soal benakmu, aku tak dapat membacanya. Sekalipun itu dangkal. Sulit, sangat sulit bakhan sulit sekali aku pahami. Entah sampai kapan, aku harus menimba ilmu "soal hati" agar bisa memahamimu seutuhnya. Tapi aku akan terus berusaha maksimal untuk membuatmu selalu tersenyum untukku, bukan yang lain.
Kenapa begitu sulit..?, belajar memahami segala hal tentang dirimu, sesulit itukah...?, Hingga aku harus mencoba merenungkan semua, mempelajari dan mencari-cari banyak referensi untuk menjawab. Agar ragu tak menjadi hantu dan terus gentayangan dalam keseharianku.
Ya, terkadang dirimu begitu eksklusif bagiku, apakah memang sifat-mu seperti itu atau dominan sejenis denganmu juga demikian, segala masalah dijawab dengan diam dan tetesan air mata.
Atau karena rasa cuekku yang begitu akut, hingga sulit memahami dirimu, atau memang aku sudah tak berasa lagi, sedingin itukah..?entah, kadang aku dibikin pusing sendiri bila harus berhadapan dengan kondisi dan situasi seperti ini.
Perasaanmu itu, ibarat sebuah benda bila dikerasin bisa patah otomatis, harus sesuai dengan petunjuk-Nya, maka aku elus perlahan dengan penuh penghayatan perasaan tertinggi, bahkan harus dilesu, "haaah", aku buang beban lewat nafas" kadang dirimu dan bahkan sejenismu semuanya selalu benar, apapun itu, selorohku sedikit ketus. Bagai nitizen yang akan selalu benar dalam menghukumi dan bahkan menghakimi semaunya.
Aku yang selalu di hantui dan di bayangi rasa ketakutan dan ketidakpastian yang tak berdasar, semakin menarik anganku ke puncak awan, terseok tertiup kencangnya hembusan angin kecemasan dari segala arah yang terus menghantam.
Aku ingin ada pasti dari semua ini..?, memang berada dalam ketidakpstian itu sangat tak mengenakkan, dan aku sebenarnya sadar betul, bahwa hidup memang tak selamanya enak. Benarkan..?