Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nayma

17 Februari 2024   21:07 Diperbarui: 17 Februari 2024   21:21 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Nayma

Tak mungkin dirimu bersedia mengisi akhir pekan bersamaku, meluangkan waktu, mau rehat sejenak dari pekerjaan yang begitu menyita tenaga dan pikiran, dimana pantai Pangandaran menjadi tujuan kami berdua waktu itu, untuk melepas penat yang menggunung, karena selain menyuguhkan keindahan alam yang luarbiasa eksotis juga ada beberapa hal yang sedang aku kerjakan terkait dengan penyelesaian tugas penelitianku dikota ini.  

Mengitari panjangnya pantai pangandaran sambil mengobrol sesekali aku becandai Nayma. Nayma adalah teman dekatku, cukup lama aku berkawan denganya, mulai dari kampus biru tempatku merampungkan program strata 1, berlanjut ke tempat bekerja dan sampai saat ini aku masih menjalin persahabatan itu.

Nayma berpostur sedang, berkulit sawo matang, matanya bening, rambutnya sedikit ikal sebahu, hidungnya mancung, bila tersenyum barisan giginya terlihat rapi dan putih, wanita cantik berperangai baik itu juga berpendidikan cukup tinggi, sikapnya keibuan, ya paket komplit lah, aku menyebutnya manusia langka, inner beauty-nya terpancar dari tatapan mata, sikap dan rangkaian bahasa yang terucap dari bibirnya, "sosok inilah yang aku cari selama ini". Gumam hatiku.

 Rela ditemani hembusan angin laut yang pagi itu terasa menusuk pori-pori, sementara mentari masih sembunyi, dikejauhan terlihat balutan warna merah besar baru menampakan wajahnya dan masih terhalang kabut pagi, tak berselang lama hangatnya mulai terasa, sinar mentari pagi itu menambah suasana dan panorama pantai Pangandaran begitu indah dan semakin memajakan pandangan, subhanalloh.

Ditengah-tengah obrolan aku terus bercandai dia, "Nay, kamu harus putar balik", kenapa..?, penuh keheranan, kamu kelawatan, "kelewatan..?" dahinya berkerut, klewatan apanya?, bertanya-tanya,  "cantiknya" selorohku, dasar kamu gombal sambil memberikan cubitan kecil tepat dipinggangku, bisa aja ah. Aku serius lho, sambil terkekeh menahan ketawa, bukan gombal emang kamu cantik ko, jangankan aku laki laki, sejenismu juga memuji dirimu cantik, "sangking cantiknya ya jadi klewatan", sambil tersenyum, "kan enggak ada tandingannya, bagai bidadari yang turun dari kahyangan", lanjutku, udah-udah jangan berlebihan ah, aku jadi bete nih..."ah masa, bener nih" godaku, "iyaa", suaranya agak meninggi dan sikapnya sedikit ketus.

Sehari rasanya sedetik ketika berada disampingmu Nay, tak terasa waktu begitu cepat berlalu, bagai hidup ini, serasa kemarin aku masih anak-anak sekarang kita sudah beranak pinak. Ya begitulah kehidupan, dalam mengarungi lautan kehidupan yang begitu luas ini kita disuguhkan berbagai macam warna keindahan dan kesenangan dunia sebagai bentuk ujian kesungguhan dan keteguhan iman, yang terkadang mengelabui dan membuat kita lupa segala.   

@@@

Nay, dirimu rela menemaniku makan ditempat favorite yang aku anggap wah dan special, padahal nyatanya sangat sederhana, "its oke, gak apa-apa ko, aku suka", terpenting-kan soal rasa tak ada duanya, jawab Nayma, "iya sih", menyantap makan khas pantai pangandaran Seafood dengan racikan yang khas pula membuat diriku juga kecaduan, jawabku, makanya tempat ini menjadi tempat istimewa lebih-lebih makan siangku kali ini ada dirimu disampingku, "mulai lagi gombalnya nih" jawab Nayma sambil senyum.

Andai saja tak ada secuil-pun rasa yang bersemayam dihatimu, sungguh semua itu tak mungkin terjadi, namun aku tak begitu paham dalam menafsir dan menganalisis tentang banyak hal soal perempuan, apalagi bila sudah menyangkut perihal rasa.

Namun dari gerak-gerikmu begitu menyita alam pikiranku, apa yang dilihat dan dirasakan, aku sadari semenjak itu mulai adanya getaran-getaran bagai magnet ketika berdekatan, yang mana kedua kutubnya saling tarik menarik, tatapan matanya, gaya bicaranya bahkan manjanya, semakin memperjelas situasi yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun