Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nayma

17 Februari 2024   21:07 Diperbarui: 17 Februari 2024   21:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari sanalah aku terpaksa menyimpulkan sendiri keadaan itu "seakan ada rasa yang sama", bersemayam antara aku dan Nayma, yang itupun akurasi kebenaran dan ketepatannya perlu diuji kembali, tapi rasa yang ada padaku itu rapi tersimpan dalam jurang dada paling dalam, biarlah.

Rasa itu mengalir apa adanya, tanpa intimidasi dari siapapun, aku sendiri tak tahu kapan rasa itu muncul, apakah bertepuk sebelah atau ada kesamaan?, aku tak berani nyatakan dan menanyakan soal itu, terlalu kepagian kalau diriku bertanya soal ini, biarlah waktu yang akan menjawab semua, mengalir saja bagai air. Karena saat ini aku sedang menikmati getaran-getaran yang ada.

@@@

Setelah seharian mengitari pantai Pangandaran untuk meneguk indahnya, sore hari aku dan Nayma kembali ke tempat penginapan untuk beristirahat melepas lelah, ditempat penginapan tentu kami berbeda kamar, jadi aku dan Nayma kamarnya masing-masing, sebelum ikrar itu terucap aku tak berani lakukan hal-hal di luar norma yang ada.

Apalagi sampai saat ini, aku hanya sebatas berkawan tidak lebih, kalaupun ada rasa, itu juga belum terungkapkan, jauh-jauh hari sebelum keberangkatanku kepangandaran, sebenarnya sudah kususun sebait kata sebagai pengakuan diriku selama ini, "bahwa aku sangat mencintaimu Nay", hanya saja aku masih melihat waktu, situasi yang tepat untuk utarakan semua itu dan aku berharap semesta berpihak padaku.

Kecemasan-kecemasan sebelum ungkapkan rasa itu, terus saja menghantui diriku, jadi menerka-nerka, berandai-andai dan terus saja rasa-rasa lain berkecamuk dalam dada, aku coba tenangkan diri agar tetap tegar dan tidak panik pada situasi yang ada.

Aku coba yakinkan diri, jangan terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum kelihatan, kalaupun itu terjadi hadapi dengan segenap rasa juga asa. Risau, gundah juga cemas hanyalah krikil-krikil kecil penghambat dalam akal pikiran yang terus saja berjalan menari-nari, sehingga membuat kita jadi pesimistis, sedangkan samudera kebahagiaan yang disediakan Tuhan pemilik semesta ini terhampar begitu luas tak bertepi.

 

 

 

@@@

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun