Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nayma

17 Februari 2024   21:07 Diperbarui: 17 Februari 2024   21:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Sebelum aku dan Nayma meninggalkan Pangandaran untuk pulang ke Jakarta, malam itu, malam ahad waktu yang sudah ditentukan aku dan Nayma ketemu kembali untuk mengobrol ringan sambil menikmati riaknya ombak laut dimalam hari, tapi tidak seperti biasanya suasana sedikit tegang, seformal inikah?, kata-kata yang telah kususun berhari-hari menjadi hilang seketika, apakah karena nervous atau apa, entahlah. 

Aku berusaha kuasai keadaan, agar tak begitu nampak tegang, perlahan kucoba temukan lagi sebait kata itu, Nayma mulai bertanya padaku, "ko tegang banget ada apa?, "ah enggak biasa aja"..jawabku, membuang kegugupan, "itu keringat bercucuran, gak seperti biasanya, emang ada apa"?  Nayma terus saja bertanya.

Kucoba beranikan diri, Nay, malam ini sengaja aku ajak kamu kesini karena ada satu hal yang ingin aku sampaikan padamu, "soal apa"?? tanyanya lagi, aku terdiam,

Euh....eh, ada hal penting yang harus kamu dengar langsung Nay, "ia apa"? aku terdiam kembali, gugup. Tanpa basa-basi aku langsung katakan padanya.

"Aku mencintaimu Nay"

Nayma hanya menatapku, aku semakin tegang saja, jauh-jauh hari aku sudah siapkan diri, akan menerima apapun jawaban dan keputusan yang Nayma berikan.

Cukup lama situasi menegangkan ini menyelimuti kami berdua, Nayma seolah menguji kesabaran dan kesungguhan diriku, sepuluh menit sudah berlalu kami masih membisu.

@@@

Gelora menggebu dalam dada sebenarnya Nayma rasakan juga dan rasa itu sangat tinggi pada Naufal, namun ada satu hal yang mengganjal dalam dirinya untuk coba berterus terang dan sampai saat ini masih dia simpan rapi didada paling dalam.

Saat ini Nayma dipaksa harus menerima kenyataan dan keputusan kedua orangtuanya "dijodohkan", kata itu yang sedikit mengganggu kehidupannya akhir-akhir ini, satu sisi ingin berbakti pada orangtua dengan menuruti kehendaknya namun dalam posisi yang lain dia harus merelakan hatinya terluka walau tak berdarah, namun begitu menyayat dan terasa perih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun