Mohon tunggu...
Wawan Fun Tahsin
Wawan Fun Tahsin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuluh Agama Islam KUA Mlati

Pria yang sehari-hari ditugaskan memberi penyuluhan Agama ini, prihatin dengan semakin tingginya keretakan rumah tangga. Melalui kompasiana ia ingin berbagi tentang serba-serbi pembelajaran hidup khususnya yang menyangkut kerumahtanggaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seberapa Penting Umroh Tahun Ini?

7 September 2024   06:27 Diperbarui: 7 September 2024   06:29 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mari kita temukan Niat Kuat tak terbendung tak bisa ditunda dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut.

Apa yang sekarang Anda lakukan untuk bisa Umroh?

Apakah Umroh ini penting untuk Anda?

Mengapa Anda harus segera Umroh Tahun ini?

Sudahkah Anda menjawab ketiga pertanyaan tersebut?

Pertanyaan tersebut saya ajukan pada Anda untuk mengetahui seberapa penting umroh dalam daftar impian hidup Anda. Mimpi bagi sebagian orang, sangatlah menakutkan. Sedangkan sebagian yang lain, mempunyai impian adalah salah satu cara untuk mengontrol kehidupan kita di dunia. Justru menjadi penyemangat hidup kita ini.

Permasalahannya sekarang, banyak orang yang berhenti mengejar impian mereka dikarenakan tidak terlihat hasilnya secara signifikan atau belum sukses istilahnya. Tunggu dulu, jangan keburu menyimpulkan. Contohnya ketika kita ingin umroh, tabungan yang kita sisihkan selalu ada godaan untuk memakainya. Terlalu prematur kalau dia menyatakan bahwa usahanya sia-sia. Usahanya berjalan, namun tabungannya tak kunjung penuh. Nah, kebanyakan, kalau sudah seperti itu, bisa ditebak akhirnya. Kemudian nglokro --menyerah pada impiannya berumroh tahun ini.

Mengapa banyak orang yang mudah menyerah?

Niat yang belum bulat

Niat atau tujuan yang belum spesifik membuat kita tidak bisa mem-breakdown dalam target dan strategi untuk mencapainya, merumuskan perencanaan dan action plan---rencana kerjanya. Semakin bulat niat tekad kita untuk umroh tahun ini, pada bulan tertentu semakin bisa merancang langkah-langkah pencapaiannya. missal kita mendapat brosur umroh yang cocok. Segera tempelkan di dinding kamar kita tempat kita biasa menggelar sajadah untuk shalat Sunnah dan wirid. Selalu ikrarkan harapan agar Allah berkenan mewujudkan impian kita sowan ke baitullah tersebut.

Lamban dalam eksekusi

Setiap muslim apabila ditanyai apakah pengen umroh atau bahkan haji? Tentu akan menjawab pasti pingin. Tetapi mengapa hanya sebagian kecil yang bisa mewujudkannya. Karena hanya sedikit yang menjadikan keinginan itu menjadi sebuah gerakan. Ketika kita sudah membutuhkan sesuatu pencapaian maka kita perlu berusaha untuk mencapainya. Dalam hal umroh, ya kita perlu segera melangkah dengan berniat, menabung harian, sedekah harian, segera membuat paspor, meningkatkan ketaqwaan, mengencangkan doa dan pikiran agar terfokus kepada kebutuhan umroh, menimba ilmu berkaitan dengan ibadah umroh tersebut, kurmat umroh bila ada saudara / kolega yang baru pulang umroh atau haji dan meminta didoakan oleh mereka, dan seterusnya. Jangan tunda action tersebut, meskipun berupa langkah-langkah kecil semampu kita, karena Allah menilai setiap ikhtiar yang kita amalkan.

Ilmu yang belum cukup dan Metode yang kurang manhaji

Niatan kita untuk berumroh atau haji, seringkali kandas dan tidak lagi menjadi prioritas dalam hidup ketika kita minim ilmu terkait fadhilah/ keutamaan ibadah tersebut. Juga kita mengetahui apa manfaat-manfaat dari ibadah umroh tersebut dan lebih parah lagi bila tidak tau kalua ibadah umroh (dan semua ibadah) itu by design sangat mudah dilakukan. Untuk umroh kita hanya perlu menghafal surat alfatihah, al ikhlas dan al kafirun, bisa dan biasa berdzikir subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu akbar, dan memahami doa sapujagad "rabbanaa atina fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzab bannaar". Selebihnya doa-doa yang lain mengikuti muthowif atau membaca doa-doa yang kita persiapkan sebelum keberangkatan. Ibadah yang berbeda dengan ibadah di tanah air adalah ihram, thawaf (memutari ka'bah 7x) dan sa'I (berlari kecil dari shofa ke marwah 7x), tahalul/ bercukur. Ibadah di tanah suci selain umroh, sama dengan amaliah di tanah air: makan, minum, berkendaraan, wudhu, shalat, baca alquran, majelis ta'lim, dzikir, sedekah, puasa, dan seterusnya.

Umroh juga memiliki keutamaan yang perlu kita bersegera meraihnya : pengampunan dari segala dosa, pahala kebaikan yang berlipat ganda 1000 kali di masjid Nabawi dan 100.000 kali di masjidilharam, memperoleh manfaat yang tidak terbatas, diijabah doa-doanya, diganti oleh Allah swt semua pengorbanan dan biayanya, dan merasakan rekatnya ukhuwah islam internasional beserta fastabiqul khairatnya.

Disamping ilmu yang harus terus dipupuk, umroh dan haji juga lebih sederhana bila kita tempuh metode untuk mencapainya dengan petunjuk dari Allah swt. Allah dhawuh khususnya terkait ibadah haji dan umroh agar mengikhlaskan ibadah tersebut hanya untukNYA semata. (QS 2: 196). Juga melarang kita berbicara mesum (rafats), berdebat yang tidak jelas (jidal), dan berbuat dosa (fasiq), dan menyeru agar kita berbekal dengan sebaik-baik bekal yakni taqwa (QS 2: 197). Serius banget ini! Berbekallah dengan taqwa, sehingga ketaqwaan itulah yang mengantarkan kita ke baitullah. Artinya perbekalan yang selain taqwa yakni harta, sehat dan hidup itu sifatnya melengkapi ketaqwaan kita. Bia bekal terbaik itu harta, tentulah orang-orang yang lebih kaya lebih mampu lebih the have akan berangkat duluan, nyatanya tidak. Bahkan yang ekonominya dibawah kita banyak yang lebih dahulu berkesempatan umroh. Bila bekal utama itu sehat, nyatanya yang sakit-sakitan juga banyak kita temui di tanah suci. Bila bekal utama adalah senioritas, nyatanya di tanahsuci dari bayi sampai lansia kita temui juga. Maka, bekal terbaik adalah taqwa yang berkahnya menjadikan harta kita cukup, kesehatan kita terjaga, dan kita bisa hadir disana ketika jatah usia masih ada. Aamiin.

Lingkungan yang belum mendukung

NIat yang kuat terkadang pupus karena lingkungan yang kurang mendukung. Missal suami bersemangat tetapi istri masih belum terpanggil atau sebaliknya. Maka perlu kita menyelaraskan dan mengedukasi pula pasangan kita, keluarga kita, bahkan lingkungan kita. Bila tak mampu di edukasi sendiri, bisa kita ajak menghadiri majelis-majelis yang memotivasi kita untuk menyegerakan umroh. Sehingga bukan kita yang berangkat, tetapi turut pula termotivasi pasangan kita, keluarga kita untuk membersamai berangkat ke baitullah.

Tapi kenapa Anda tetap keras kepala dalam melakukannya?

Etikanya, bila kita punya hajat untuk menyampaikan sesuatu yang penting kepada seseorang maka kita sowan ke rumah / kantornya. Misalnya kita ingin mengundang pak Kyai untuk menghadiri acara pernikahan anak kita dan memberikan doa restu sekaligus memberi taushiyah. Kurang sopan bila kita menyampaikan via telepon atau whatsapp. Begitupun umroh, akan lebih dahsyat ketika kita mampu dengan jelas menuliskan hajat-hajat yang penting bahkan sangat penting kepada Allah swt, dan kita jadikan sebagai alasan untuk segera sowan ke rumahnya di depan ka'bah di masjidil haram Makkah. Atau kita sangat ingin meluapkan kerinduan dan menghaturkan rasa terima kasih telah disampaikan hidayah kehidupan oleh Baginda Rasulullah saw dan menapaktilasi jejak perjuangan beliau saw di kota Madinah dan Makkah. Intinya kita harus mampu menumbuhkan alasan yang vital menyangkut kehidupan kita, sehingga harus bersegera berumroh.

Apakah ini passion atau ketertarikan terkuat Anda?

Rasa terima kasih kadang perlu kita sampaikan dengan tulus kepada seseorang yang telah memberikan jasa yang besar dalam hidup kita. Entah itu terkait pendidikan, jodoh, ekonomi keluarga, bisnis, kesehatan, seseorang yang sangat berjasa itu pasti ingin kita sowani sekedar mengucapkan terima kasih yang tulus.

Bagaimana hal dengan Allah swt, yang setiap hari sejak di alam kandungan sampai saat ini, maish terus mengurus kehidupan kita baik disaat kita taat atau maksiyat, tanpa lelah, tanpa tertidur tanpa capek. Sungguh sangat layak bila kita sowan baitullah untuk berumroh dalam rangka menghaturkan syukur kepadaNYA.

Bagaimana dengan rasulullah saw? Yang sampai akhir hayatnya masih memikirkan ummatku, ummatku, ummatku. Beliau menganggap orang-orang yang meyakini kerasulannya meskipun belum bertatap muka dengan Rasulullah saw --seperti halnya kita---sebagai saudaranya. Beliau berdakwah tidak meminta upah, tetapi justru habis-habisan harta dan sepenuh jiwa tulus ikhlas menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik yang mengimplementasikan alquran dalam keseharian, sehingga akhlaq alquran itulah akhlaq mulia yang sesungguhnya. Sungguh sangat layak bila kita sowan ke Madinah menyampaikan salam dan shalawat kepadanya, dan menapak tilas sejarah perjuangannya di Makkah dan Madinah.

Ataukah ada hal lain yang lebih utama, karena harus bertaubat, memohon bimbinganNya untuk selamat di dunia akhirat?

Nabi Adam as, setelah melakukan satu kemaksiyatan dikeluarkan dari syurga. Maka bila harapan terbesar kita mudik ke syurga. Maka ampunanNya adalah sesuatu yang berharga dalam hidup kita dan harus kita perjuangkan dengan ekstra sungguh-sungguh. Apalagi kalau nikmat hidayah atau hijrah belum lama kita rasakan. Apalagi bila masalalu kita adalah pendosa. Maka tidak ada alasan lagi kita menunda.

Allahu a'lamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun