Bagaimana hal dengan Allah swt, yang setiap hari sejak di alam kandungan sampai saat ini, maish terus mengurus kehidupan kita baik disaat kita taat atau maksiyat, tanpa lelah, tanpa tertidur tanpa capek. Sungguh sangat layak bila kita sowan baitullah untuk berumroh dalam rangka menghaturkan syukur kepadaNYA.
Bagaimana dengan rasulullah saw? Yang sampai akhir hayatnya masih memikirkan ummatku, ummatku, ummatku. Beliau menganggap orang-orang yang meyakini kerasulannya meskipun belum bertatap muka dengan Rasulullah saw --seperti halnya kita---sebagai saudaranya. Beliau berdakwah tidak meminta upah, tetapi justru habis-habisan harta dan sepenuh jiwa tulus ikhlas menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik yang mengimplementasikan alquran dalam keseharian, sehingga akhlaq alquran itulah akhlaq mulia yang sesungguhnya. Sungguh sangat layak bila kita sowan ke Madinah menyampaikan salam dan shalawat kepadanya, dan menapak tilas sejarah perjuangannya di Makkah dan Madinah.
Ataukah ada hal lain yang lebih utama, karena harus bertaubat, memohon bimbinganNya untuk selamat di dunia akhirat?
Nabi Adam as, setelah melakukan satu kemaksiyatan dikeluarkan dari syurga. Maka bila harapan terbesar kita mudik ke syurga. Maka ampunanNya adalah sesuatu yang berharga dalam hidup kita dan harus kita perjuangkan dengan ekstra sungguh-sungguh. Apalagi kalau nikmat hidayah atau hijrah belum lama kita rasakan. Apalagi bila masalalu kita adalah pendosa. Maka tidak ada alasan lagi kita menunda.
Allahu a'lamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H