Setiap muslim apabila ditanyai apakah pengen umroh atau bahkan haji? Tentu akan menjawab pasti pingin. Tetapi mengapa hanya sebagian kecil yang bisa mewujudkannya. Karena hanya sedikit yang menjadikan keinginan itu menjadi sebuah gerakan. Ketika kita sudah membutuhkan sesuatu pencapaian maka kita perlu berusaha untuk mencapainya. Dalam hal umroh, ya kita perlu segera melangkah dengan berniat, menabung harian, sedekah harian, segera membuat paspor, meningkatkan ketaqwaan, mengencangkan doa dan pikiran agar terfokus kepada kebutuhan umroh, menimba ilmu berkaitan dengan ibadah umroh tersebut, kurmat umroh bila ada saudara / kolega yang baru pulang umroh atau haji dan meminta didoakan oleh mereka, dan seterusnya. Jangan tunda action tersebut, meskipun berupa langkah-langkah kecil semampu kita, karena Allah menilai setiap ikhtiar yang kita amalkan.
Ilmu yang belum cukup dan Metode yang kurang manhaji
Niatan kita untuk berumroh atau haji, seringkali kandas dan tidak lagi menjadi prioritas dalam hidup ketika kita minim ilmu terkait fadhilah/ keutamaan ibadah tersebut. Juga kita mengetahui apa manfaat-manfaat dari ibadah umroh tersebut dan lebih parah lagi bila tidak tau kalua ibadah umroh (dan semua ibadah) itu by design sangat mudah dilakukan. Untuk umroh kita hanya perlu menghafal surat alfatihah, al ikhlas dan al kafirun, bisa dan biasa berdzikir subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu akbar, dan memahami doa sapujagad "rabbanaa atina fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzab bannaar". Selebihnya doa-doa yang lain mengikuti muthowif atau membaca doa-doa yang kita persiapkan sebelum keberangkatan. Ibadah yang berbeda dengan ibadah di tanah air adalah ihram, thawaf (memutari ka'bah 7x) dan sa'I (berlari kecil dari shofa ke marwah 7x), tahalul/ bercukur. Ibadah di tanah suci selain umroh, sama dengan amaliah di tanah air: makan, minum, berkendaraan, wudhu, shalat, baca alquran, majelis ta'lim, dzikir, sedekah, puasa, dan seterusnya.
Umroh juga memiliki keutamaan yang perlu kita bersegera meraihnya : pengampunan dari segala dosa, pahala kebaikan yang berlipat ganda 1000 kali di masjid Nabawi dan 100.000 kali di masjidilharam, memperoleh manfaat yang tidak terbatas, diijabah doa-doanya, diganti oleh Allah swt semua pengorbanan dan biayanya, dan merasakan rekatnya ukhuwah islam internasional beserta fastabiqul khairatnya.
Disamping ilmu yang harus terus dipupuk, umroh dan haji juga lebih sederhana bila kita tempuh metode untuk mencapainya dengan petunjuk dari Allah swt. Allah dhawuh khususnya terkait ibadah haji dan umroh agar mengikhlaskan ibadah tersebut hanya untukNYA semata. (QS 2: 196). Juga melarang kita berbicara mesum (rafats), berdebat yang tidak jelas (jidal), dan berbuat dosa (fasiq), dan menyeru agar kita berbekal dengan sebaik-baik bekal yakni taqwa (QS 2: 197). Serius banget ini! Berbekallah dengan taqwa, sehingga ketaqwaan itulah yang mengantarkan kita ke baitullah. Artinya perbekalan yang selain taqwa yakni harta, sehat dan hidup itu sifatnya melengkapi ketaqwaan kita. Bia bekal terbaik itu harta, tentulah orang-orang yang lebih kaya lebih mampu lebih the have akan berangkat duluan, nyatanya tidak. Bahkan yang ekonominya dibawah kita banyak yang lebih dahulu berkesempatan umroh. Bila bekal utama itu sehat, nyatanya yang sakit-sakitan juga banyak kita temui di tanah suci. Bila bekal utama adalah senioritas, nyatanya di tanahsuci dari bayi sampai lansia kita temui juga. Maka, bekal terbaik adalah taqwa yang berkahnya menjadikan harta kita cukup, kesehatan kita terjaga, dan kita bisa hadir disana ketika jatah usia masih ada. Aamiin.
Lingkungan yang belum mendukung
NIat yang kuat terkadang pupus karena lingkungan yang kurang mendukung. Missal suami bersemangat tetapi istri masih belum terpanggil atau sebaliknya. Maka perlu kita menyelaraskan dan mengedukasi pula pasangan kita, keluarga kita, bahkan lingkungan kita. Bila tak mampu di edukasi sendiri, bisa kita ajak menghadiri majelis-majelis yang memotivasi kita untuk menyegerakan umroh. Sehingga bukan kita yang berangkat, tetapi turut pula termotivasi pasangan kita, keluarga kita untuk membersamai berangkat ke baitullah.
Tapi kenapa Anda tetap keras kepala dalam melakukannya?
Etikanya, bila kita punya hajat untuk menyampaikan sesuatu yang penting kepada seseorang maka kita sowan ke rumah / kantornya. Misalnya kita ingin mengundang pak Kyai untuk menghadiri acara pernikahan anak kita dan memberikan doa restu sekaligus memberi taushiyah. Kurang sopan bila kita menyampaikan via telepon atau whatsapp. Begitupun umroh, akan lebih dahsyat ketika kita mampu dengan jelas menuliskan hajat-hajat yang penting bahkan sangat penting kepada Allah swt, dan kita jadikan sebagai alasan untuk segera sowan ke rumahnya di depan ka'bah di masjidil haram Makkah. Atau kita sangat ingin meluapkan kerinduan dan menghaturkan rasa terima kasih telah disampaikan hidayah kehidupan oleh Baginda Rasulullah saw dan menapaktilasi jejak perjuangan beliau saw di kota Madinah dan Makkah. Intinya kita harus mampu menumbuhkan alasan yang vital menyangkut kehidupan kita, sehingga harus bersegera berumroh.
Apakah ini passion atau ketertarikan terkuat Anda?
Rasa terima kasih kadang perlu kita sampaikan dengan tulus kepada seseorang yang telah memberikan jasa yang besar dalam hidup kita. Entah itu terkait pendidikan, jodoh, ekonomi keluarga, bisnis, kesehatan, seseorang yang sangat berjasa itu pasti ingin kita sowani sekedar mengucapkan terima kasih yang tulus.