[caption id="attachment_291922" align="aligncenter" width="300" caption="(sumber: mashable.com)"][/caption]
Ketika sekumpulan orang berada dalam satu wadah yang bersama-sama berusaha untuk mencapai tujuan yang sama dengan manfaatkan berbagai macam sumber daya yang ada secara efektif dan efisien bisa diartikan bahwa ini adalah sebuah bentuk organisasi.
Dalam mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan secara maksimal dari sumber daya yang ada, tentunya membutuhkan kerjasama dari setiap personel dan kinerja yang baik. Ada beberapa indikasi yang dapat diperhatikan ketika organisasi dikatakan berlajan baik dan terjadi hubungan yang harmonis antar masing-masing personel yang berada dalam organisasi, salah satunya adalah sikap loyalitas yang diberikan oleh personel (karyawan) kepada organisasi (perusahaan).
Loyalitas berasal dari kata dasar Loyal yang memiliki arti setia atau patuh. Loyalitas berarti mengikuti dengan patuh dan setia terhadap seseorang atau system/peraturan. Istilah loyalitas ini sering didefinisikan bahwa seseorang akan disebut loyal atau memiliki loyalitas yang tinggi jika mau mengikuti apa yang diperintahkan. Organisasi (perusahaan) mengartikan loyalitas adalah suatu kesetiaan karyawannya kepada organisasi (perusahaannya). Dalam perkembangannya, definisi loyalitas karyawan dimanfaatkan oleh organisasi (perusahaan) untuk memanfaatkan karyawan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan kebutuhan karyawannya.
Jika pengertian loyalitas di atas diterapkan oleh organisasi tentunya akan menurunkan tingkat loyalitas personel terhadap organisasinya. Adapun indikasi-indikasi menurunnya loyalitas personel (karyawan) terhadap organisasi (perusahaan)
- Turun/rendahnya produktivitas kerja.
- Tingkat absensi yang naik.
- Tingkat perpindahan (turn over) personel (karyawan) yang tinggi.
- Timbulnya kegelisahan.
- Sering munculnya tuntutan dari personel (karyawan).
- Pemogokan.
(sumber : S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166)
Selain indikasi-indikasi menurunya loyalitas personel di atas, ada beberapa hal yang menyebabkan turunya tingkat loyalitas karyawan yaitu ; upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain: rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167)
Untuk menyelamatkan situasi organisasi yang mengalami turunya loyalitas personel (karyawan) tentunya adalah bagaimana untuk mengembalikan dan meningkatkan loyalitas tersebut. Dengan menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman dan memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai dan dapat diterima oleh personel (karyawan). Selain itu, organisasi (perusahaan) juga dapat memberikan imbalan atau penghargaan kepada personel (karyawan) yang memberikan loyalitasnya kepada organisasi.
Imbalan atau penghargaan yang berikan oleh organisasi (perusahaan) kepada masing-masing personel (karyawan) bisa dalam beberapa cara:
-
Gaji yang cukup
-
Memberikan kebutuhan rohani.
-
Sesekali perlu menciptakan suasana santai.
-
Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
-
Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju.
-
Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan.
-
Mengusahakan karyawan untuk mempunyai loyalitas.
-
Sesekali mengajak karyawan berunding.
-
Memberikan fasilitas yang menyenangkan.
(Nitisemito, 1991:167)
Seorang pemimpin organisasi (perusahaan) pasti mengharapkan loyalitas dari semua personel (karyawan) yang tak terbatas. Gaya seorang pemimpin dalam menahkodahi suatu organisasi (perusahaan) sangat berpengaruh terhadap tingkat loyalitas personel (karyawan) terhadap organisasi yang awakinya. Pemimpin yang memiliki karakter otoriter dan bersikap tangan besi dapat menurunkan bahkan hilangnya rasa kepercayaan bawahan terhadap atasannya.
Karyawan yang bekerja dibawah pemimpin yang otoriter tentunya menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam bekerja dan berkarya serta akan sulit untuk mengembangkan karier.
Dalam menjalankan sebuah organisasi (perusahaan), seorang pemimpin harus memiliki sifat adil dan bijaksana terhadap personel yang dipimpinnya. Pemimpin yang mampu merangkul semua tingkatan personel yang dipimpinnya memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan loyalitas personel (karyawan).
Tidak bisa dipungkiri bahwa loyalitas personel (karyawan) adalah tolok ukur keberhasilan suatu organisasi (perusahaan). Seorang ahli mengatakan jika Anda membayar 100% kepada orang yang tidak loyal dalam artian bekerja setengah hati maka Anda akan mengklaim kerugian sebesar 50% dari biaya gaji yang dikeluarkan. Sangat menyesakkan ketika Anda mengetahui hal ini dan makin menyakitkan ketika Anda mengalaminya dalam unit organisasi.
Tidak mudah memang menyatukan persepsi loyalitas pada suatu organisasi (perusahaan) dalam mencapai tujuan kemajuan bersama. Tapi hal itu bukan sesuatu yang tidak mungkin. Diskusi dan menciptakan dialog yang mesra dalam lingkungan organisasi bisa dijadikan sebagai media dalam memperpendek jurang perbedaan persepsi antar personel yang diwakili oleh karyawan dengan pemimpin yang mewakili organisasi (perusahaan).
Tujuan organisasi akan bisa tercapai jika tercipta suasana yang aman dan nyaman bagi masing-masing personel dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada personel oleh organisasi dan sebagai imbalannya, seorang pimpinan organisasi akan mendapatkan loyalitas yang tak terbatas dari personel yang dipimpinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H