Kegiatan Inti Agroforestri
Berdasarkan survei kondisi lahan wilayah desa Bintalahe umumnya berbukit dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah. Hal ini sangat cocok untuk penerapan program agroforestri. Sistem agroforestri dicirikan oleh keberadaan komponen pohon dan tanaman semusim dalam ruang dan waktu yang sama. Bentuk agroforesti secara umum mencakup kebun campuran, tegalan berpohon, kebun pekarangan, hutan tanaman rakyat yang lebih luas yang lebih kaya jenis di beberapa daerah terutama di pedesaan pengembangan pekarangan umumnya diarahkan untuk memenuhi sumber pangan sehari-hari, sehingga disebut sebagai lumbung hidup atau warung hidup (Ardini et al., 2020)
Agroforestri yang diterapkan pada kegiatan pengabdian di desa Bintalahe yakni berupa pohon ketapang dengan tanaman cabe sebagai tanaman sela. Menurut (Siahaan et al., 2022) tanaman cabai rawit memiliki potensi untuk dikembangkan pada sistem pertanaman berganda sebagai tanaman sela di bawah tegakan pohon, karena pada naungan 40% tanaman cabai rawit mengasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi lahan terbuka atau tanpa naungan.
Sistem agroforestri ketapang dan cabe mampu meningkatkan potensi hasil cabe walaupun dengan skala rumah tangga yang ke depannya untuk kebutuhan lumbung hidup masyarakat setempat. Terselenggaranya aksi mitigasi iklim di sektor pertanian dan kehutanan di desa Bintalahe ini menjadi standar untuk pengembangan kegiatan aksi mitigasi iklim tingkat tapak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H