"Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, memiliki kelebihan yang tidak bisa disamakan dengan AI, merasakan emosi, intuisi, dan berempati dengan orang lain. Manusia berpikir kreatif, membuat keputusan yang tidak biasa, dan belajar dari pengalaman".
Berkomunikasi membangun hubungan mendalam dan bermakna dengan orang lain melalui hati dan cinta sebagai sebuah kelebihan yang tidak dapat digantikan oleh AI.
Artificial Intelligence (AI) adalah teknologi yang memungkinkan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti belajar, berpikir, dan berinteraksi. Dalam beberapa tahun terakhir, AI Â berkembang pesat dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari termasuk berkeluh kesah tentang perasaan hati, kegalauan yang merasa tidak perlu tahu urang lain, mulai dari asisten virtual seperti Siri dan Alexa hingga platform media sosial dan aplikasi kesehatan mental. Namun, dengan kemajuan teknologi ini, muncul juga pertanyaan tentang dampaknya terhadap kesehatan mental manusia.
Adanya AI tentu akan berdampak pula pada kesehatan mental. Di satu sisi, AI dapat membantu orang-orang mengatasi masalah dengan menyediakan akses informasi yang relevan, membantu mengembangkan keterampilan dan strategi untuk mengelola stres dan kecemasan. Namun disisi lain dapat memperburuk masalah kesehatan mental, kecanduan dan ketergantungan pada teknologi, mengganggu hubungan sosial dan emosi manusia.
Realitas Sosial
Realitas masalah yang terjadi saat ini mulai meningkatnya pencarian solusi manusia pada AI. Adanya ketidakpercayaan pada orang lain, lebih memilih untuk berbagi pikiran dan perasaannya dengan AI daripada dengan orang lain, karena merasa lebih nyaman dan aman.
USC Marshall School of Business yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dalam penelitiannya mengungkap adanya perubahan signifikan dalam cara generasi muda mencari dukungan emosional. 1.000 orang responden dari beragam usia menunjukkan bahwa 11% milenial dan 10% Gen Z kini lebih memilih untuk curhat dengan AI.
Survei Statista Consumer Insights di tahun 2024 lalu, Â Indonesia menduduki peringkat 4 sebagai negara yang paling senang menggunakan AI sehari-hari. 41% responden mengungkapkan ketertarikan dalam menggunakan AI, misalnya ChatGPT, untuk berbagai hal termasuk mencari solusi permasalahan yang berkaitan dengan emosi perasaan.
Hal ini dapat berdampak secara mental, seperti meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan isolasi sosial. Ketergantungan pada AI juga dapat mengurangi kemampuan manusia untuk berempati dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga memperburuk kualitas hubungan sosial dan emosi.
Penting untuk menyadari dan membangun kembali kepercayaan dan hubungan yang sehat dengan orang lain.
Teknologi AI dan Hubungan Sosial Emosional Manusia
Curhat dengan AI dapat menjadi kebiasaan yang berbahaya karena risiko kecanduan dan ketergantungan yang tinggi. Saat seseorang terbiasa berbagi pikiran dan perasaannya dengan AI, mereka dapat merasa lebih nyaman dan aman dibandingkan dengan berbicara dengan manusia.
Hal ini dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Ketika seseorang lebih banyak berinteraksi dengan AI daripada dengan manusia, mereka dapat kehilangan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri dan emosi orang lain, kesulitan membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang lain, akan terisolir dan terpisah dari masyarakat.
Yang harus diingat bahwa apa yang disampaikan AI belum tentu relevan dengan situasi kita. Pada saat curhat kita berkeluh kesah dengan versi kita yang belum tentu sesuai dengan fakta atau menyembunyikan kesalahan yang kita lakukan. AI hanya menyerap dan merespon berdasar informasi yang diterima secara objektif. Tentu ini bisa jadi bias dan bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang.
Pentingnya Empati dan Hubungan Sosial
Saat curhat dengan AI dapat memberikan respons yang cepat dan akurat, namun tidak disertai empati perasaan seperti manusia. Dengan manusia memungkinkan seseorang untuk berbagi perasaan dan pengalaman yang saling dapat memahami dan merespons dengan empati.
Pentingnya empati dan hubungan manusia dalam menjaga kesehatan mental tidak dapat diabaikan. Empati dan hubungan manusia membantu seseorang untuk merasa didengar, dipahami, dan dihargai, yang dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.
AI Memberi Informasi, Hati tidak Terganti
Menggunakan AI dengan bijak dan sehat memerlukan kesadaran dan kontrol diri. AI tidak bisa memahami dan merespons dengan empati seperti manusia. Jangan menggantikan interaksi dengan orang lain dengan curhat dengan Periksa dan verifikasi informasi yang diberikan oleh AI untuk memastikan keakuratan dan keandalannya agar tidak terjebak pada persepsi yang bias dan tidak relevan.
Memilih AI yang memiliki reputasi dan telah teuji, Membatasi waktu dan moment yang dianggap substantif  untuk menghindari kecanduan dan ketergantungan.
Manusia Tetap Butuh Ikatan Bathin, Hati dan Cinta
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan dasar untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi oleh teknologi atau AI, karena manusia memerlukan sentuhan emosi, pelukan, kehangatan, dan kepedulian yang hanya dapat diberikan oleh manusia lain.
Berinteraksi dengan orang lain memungkinkan manusia untuk berbagi pengalaman, memahami perspektif lain, dan membangun hubungan yang lebih mendalam dan bermakna.
Manusia memerlukan kehadiran orang lain untuk merasakan keamanan, kepercayaan, dan kepedulian. Sebagai makhluk sosial, manusia tetap memerlukan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan emosi dan sosialnya, dan tidak dapat digantikan oleh teknologi atau AI.
AI memang dapat menyediakan informasi yang luas dan akurat, namun tidak dapat menggantikan kebutuhan manusia akan hati dan cinta. Informasi yang disediakan oleh AI hanya dapat memuaskan kebutuhan intelektual kita, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan emosional kita.
Kita butuh ikatan bathin, hati dan cinta untuk merasakan kehangatan, kepedulian, dan kepercayaan yang hanya dapat diberikan oleh manusia lain. Hati dan cinta adalah elemen-elemen yang tidak dapat digantikan oleh teknologi, dan hanya dapat ditemukan dalam hubungan manusia yang sehat dan bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI