Pendidikan karakter, dengan intelektualitas dan moralnya diharapkan agar siswa dapat belajar membuat pilihan bijak atas dirinya untuk dipraktekkan kedalam kehidupannya yang memiliki nilai kontributif baik buat dirinya maupun lingkungan. Kata bijak atau bijaksana dimaknakan dapat mengadaptasikan diri terhadap peraturan dan pemikiran yang dimilki melalui sikap, tidakan dan sentuhan hati pada kondisi dinamis sehingga menghasilkan jalan terbaik.
Menghadapi situasi milenial saat ini, pendidikan karakter yang dilaksanakan harus manpu merefleklesikan pembelajaran masa lampau untuk dikonversi pada situasi sekarang tanpa merubah esensi nilai. Karena generasi milenial saat ini tidak bisa serta merta menerima pembelajaran masa lalu, akan lebih efektif jika dikonversikan pada konteks pembelajaran saat ini yang lebih sesuai dengan keadaan anak didik.
Pertumbuhan dan perkembangan cepat kehidupan melalui teknologi sehingga hunbungan manusia, bangsa dalam berbagai bidang dapat dilakukan tanpa mengenal ruang dan waktu. Keseluruhan aspek kehidupan terhububg satu sama lain secara langsung dan cepat tanpa harus kontak fisik dan banyak energi. Sehingga dengan globalisasi produktifitas kehidupan dapat cepat terealisasi.
Globalisasi ini tentu saja akan memiliki kekurangan dan memiliki pengaruh negatif pula terhadap perilaku manusia, gaya hidup, persaingan atas perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk meminimalisir dampak negatif ini diperlukan sikap, dengan cara bagaimana, agar faktor produktifitas yang lebih mendominasi dalam profil setiap individu. Pendidikan karakter diharapkan mampu memberi bekal kompetensi diri individu dalam menghadapi era globalisasi ini.
Realitas Sosial
Mudahya teknologi saat ini yang didapat masyarakat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat itu sendiri. Perkembangan arus informasi teknologi globalisasi secara masif adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Masih banyak masyarakat kita termasuk anak sekolah yang terjebak dalam arus ini dimana mereka merasa tidak ketinggalan zaman jika mereka memiliki fasilitas, mampu membeli teknologi terbaru suatu barang. Bahkan memiliki barang yang lebih memenuhi hasrat keinginan yang belum tentu diperlukan daripada yang seharusnya mereka butuhkan. Cenderung mengutamakan gaya hidup dibanding kualitas hidup. Anak-anak lebih suka memainkan game hiburan dibanding game edukasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Nilai-nilai instan, hedonisme, dan individualisme seringkali lebih menarik bagi generasi muda dibandingkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, toleransi, dan kejujuran. Selain itu, kurangnya keteladanan dari orang tua dan lingkungan sekitar juga menjadi kendala dalam pembentukan karakter.
Hal ini tentu saja dipengaruhi banyak faktor, pengaruh kuat dari media sosial dan budaya populer, ekonomi, lingkungan, konsumerisme, prestise peran orang tua serta karakter individu itu sendiri. Yang lebih miris adalah orang tua yang kondisi ekonomi lemah memaksakan diri pada keinginan anak semata hanya karena tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
Keadaan perilaku seperti ini tentu saja kontra produktif dengan seberapa besar teknologi mampu meningkatkan kualitas kompetensi diri, memanfaatkan teknologi untuk mencipatakan ide, konsep, wawasan, ilmu yang berujung pada karya yang memiliki nilai baik. Untuk menuju arah tersebut tentu saja harus dibarengi dengan sikap perilaku menjadi sebuah karakter positif agar teknologi yang ada tersebut berdampak positif dan memiliki nilai yang baik.
Upaya Perbaikan Melalui Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan kunci untuk membentuk generasi milenial yang berkarakter. Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada pengembangan kognitif, tetapi juga pada pembentukan nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah, melibatkan orang tua dalam proses pendidikan, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selain itu, perlu juga dikembangkan program-program ekstrakurikuler yang dapat memfasilitasi pengembangan minat dan bakat siswa, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan kepemimpinan.
Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter yang Tangguh
Untuk menciptakan generasi milenial yang tangguh dan siap menghadapi tantangan globalisasi, diperlukan sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga berperan sebagai lingkungan pertama dalam pembentukan karakter anak, sedangkan sekolah memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan formal. Masyarakat juga memiliki peran dalam menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pertumbuhan karakter generasi muda. Dengan demikian, generasi milenial dapat tumbuh menjadi individu yang berintegritas, kreatif, dan inovatif, serta mampu berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah: Sebuah Tantangan dan Peluang
Pendidikan karakter di sekolah merupakan upaya sistematis untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan sosial pada peserta didik. Namun, implementasinya seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti:
Bergantinya kurikulum setiap pergantian kepemimpinan seolah kita tidak memiliki roadmap yang komprehensif dari arah tujuan pendidikan. Membiaskan pemahaman konsep, pendidikan karakter seperti apa yang ingin dicapai, agar implementasinya menjadi lebih konsisten dan tepat.
Pemerataan pembangunan pendidikan, baik sarana prasarana, ketersediaan dan kualitas guru yang diharapkan agar semua anak mendapat pendidikan yang merata dan memadai.
Keterlibatan semua pihak yang lebih terintegrasi: Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga melibatkan siswa, orang tua, komponen sekolah dan komponen masyarakat yang integratif agar pembelajaran disekolah mampu dipraktekkan anak serta meminimalisir arus negatif teknologi didalam kehidupannya.
Strategi Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah memang mulai dilaksanakan Integrasi ke dalam kurikulum, pengembangan model pembelajaran yang inovatif, pembinaan guru melalui pengembangan profesi guru dan lain-lain, internalisasi IPTEK dalam pembelajaran dan pelibatan semua fihak yang lebih terintagrasi harus terus dikembangkan secara dinamis agar penddikan yang dilaksanakan mampu melahirkan generasi yang mampu lebih berkarakter.
Tantagan dan Harapan
Pergantian kepemimpinan dan pembaruan kebijakan pendidikan ini diharapkan akan mendongkrak puzle-puzle yang masih menjadi PR bersama dalam pembentukan karakter anak. Tantangan kita bersama adalah adanya regulasi dan internalisasi pembelajaran dalam pendidikan yang didukung semua komponen agar anak tidak terjebak dalam arus besar teknologi, tetapi mampu memaksimalkan peran teknologi dengan tepat, sehingga karakter yang diharapkan dapat terbentuk demi masa depan bangsa.Â
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H