Sepakati bersama bahwa dalam keadaan apapun tidak ada kata cerai/berpisah.
3. Perkuat KomunikasiÂ
Terutama pada awal-awal pernikahan 0-5 tahun, tentang konseptual bagaimana kita bersama, hak kewajiban suami isteri, contoh baik dari orang lain, dampak dan seterusnya, biasanya waktu menjelang tidur atau waktu senggang. Jaga tensi dan tone agar komunikasi tidak menjurus pada perselisihan, mindset positif.
4. Buang Ego
Tidak ada ego pribadi, yang ada ego rumah tangga, bukan menang kalah namun kemenangan bersama. Jika keadaan sedang panas, harus ada yang mengalah, istri tidak berhenti, suami wajib diam mengalah, pergi menghindar, main game atau kegiatan lain. Jika keadaan sudah reda selesaikan jika dianggap perlu.
5. Suami sebagai Imam/ PemimpinÂ
Mampu memanage diri kapan harus mengalah atau tegas, bukan megikuti emosi hawa nafsu, namun berorientasi bagaimana ini harus bertahan, lakukan sesuai koridor norma tugas tanggungjawab agar masalah terselesaikan.
6.Permasalahan Tidak Bisa hanya Diselesaikan dengan Konseptual dan Narasi Benar Salah Semata
Namun juga perlu adanya implementasi nyata terutama suami yang bertanggungjawab. Disaat situasi kritis, suami tidak hanya bisa menghindar semata, terkadang harus ada solusi nyata yang bisa meredam situasi, baik secara finansial, biologis ataupun hal lain yang dianggap tepat. Suami harus memaksakan diri mengatasi situasi tersebut semaksimal mungkin dengan cara yang cerdas dan positif, tanggung jawab laki-laki.
7.Kebetuhan Biologis Psikologis
Kebutuhan keduanya saling terpenuhi, istri juga harus sama menikmati, suami harus fair dan bisa menciptakan suasana yang kondusif dalam keseharian, meluangkan waktu, bercanda, liburan dan lain-lain.