Mohon tunggu...
Wati Sulastri
Wati Sulastri Mohon Tunggu... Lainnya - student of life

Antusias menjelajahi isu sosial sambil membaca dan memahami fenomena di sekitar dengan seksama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Si Rama-rama

8 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:27 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Si Rama-rama (Sumber: Generated by Ai)

Tak berarti, hingga berani berpaling?


Hati ini rapuh, terasing tanpa kasih, tertinggal

Mata ini menatap diri, benci tak ayal.

Mengapa.

Dan mengapa?

Kau cabik hati mungilku,

Hingga tak mampu membesar.
Rusak; hingga tak bisa kugunakan

Tergores dalam kesunyian, bertahan tanpa pelukan.

Apa yang kau rasakan saat melangkah pergi,
Sementara aku terjebak dalam kerinduan yang tak terperi.

Ku terjatuh dalam kesulitan,
Tak ada tangan yang mengangkatku terbang
Menghadapi badai, sendiri dalam perjalanan,
Mencari pelindung dalam gelap yang menenggelamkan.

Kini ku berjalan, meski sakit menemani,
Setiap langkah adalah pelajaran.
Di antara kesunyian, ku temukan kekuatan,
Tanpa jeritan, ku bangkit, menjelajahi kehidupan.

Puisi ini menggambarkan perasaan kerentanan dan kesepian seorang individu, disimbolkan dengan sosok si rama-rama yang cantik namun rapuh. Dalam perjalanan hidupnya, ia merasakan perjuangan yang dialami seorang diri di tengah riuhnya suara dan kerumunan, yang justru meningkatkan rasa sepinya. Kenangan masa kecil dan ketidakmampuan untuk merasa terlindungi memicu refleksi mendalam tentang arti kasih dan perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun