Tak berarti, hingga berani berpaling?
Hati ini rapuh, terasing tanpa kasih, tertinggal
Mata ini menatap diri, benci tak ayal.
Mengapa.
Dan mengapa?
Kau cabik hati mungilku,
Hingga tak mampu membesar.
Rusak; hingga tak bisa kugunakan
Tergores dalam kesunyian, bertahan tanpa pelukan.
Apa yang kau rasakan saat melangkah pergi,
Sementara aku terjebak dalam kerinduan yang tak terperi.
Ku terjatuh dalam kesulitan,
Tak ada tangan yang mengangkatku terbang
Menghadapi badai, sendiri dalam perjalanan,
Mencari pelindung dalam gelap yang menenggelamkan.
Kini ku berjalan, meski sakit menemani,
Setiap langkah adalah pelajaran.
Di antara kesunyian, ku temukan kekuatan,
Tanpa jeritan, ku bangkit, menjelajahi kehidupan.
Puisi ini menggambarkan perasaan kerentanan dan kesepian seorang individu, disimbolkan dengan sosok si rama-rama yang cantik namun rapuh. Dalam perjalanan hidupnya, ia merasakan perjuangan yang dialami seorang diri di tengah riuhnya suara dan kerumunan, yang justru meningkatkan rasa sepinya. Kenangan masa kecil dan ketidakmampuan untuk merasa terlindungi memicu refleksi mendalam tentang arti kasih dan perhatian.