Mohon tunggu...
Wati Pabalik
Wati Pabalik Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi masak dan piknik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.A.8

1 September 2023   21:21 Diperbarui: 1 September 2023   21:24 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1.a.8

REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

WATI PABALIK_CGP ANGKATAN 9

Guru adalah profisi yang sangat mulia. Perlakuan guru terhadap siswa terkadang tidak memberikan kebebasan untuk bereksplorasi dalam pengembangan pengetahuan bakat dan minat siswa

Akhirnya siswa kurang meminati mata pelajaran tertentu. Semangat untuk belajarnya menjadi berkurang ataupun melakukan hal-hal yang bertentangan dengan segala aturan yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan pola pembelajaran yang kreatif, inovasi, menyenangkan dan berpusat kepada peserta didik (Student Centre).

Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus terus belajar, mengembangkan diri dan mengasah kemampuan dengan berbagai hal, baik secara individu, komunitas pembelajar ataupun memanfaatkan teknologi dan informasi serta mengikuti program yang telah dirilis oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, salah satunya adalah "Guru Penggerak".

Pendidikan Guru penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.

Proses Pendidikan Guru penggerak ini, khususnya pada modul 1.1 kegiatan pembelajarannya difokuskan kepada Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak Pendidikan Indonesia yang mempelopori cikal bakal kemerdekaan pendidikan di Indonesia yang telah berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan yaitu "Perguruan Taman Siswa"

Dalam dunia pendidikan di kenal semboyang Ki Hajar Dewantara yaitu:

  •  Ing ngarso sung tulodo, di depan memberi contoh atau menjadi panutan. Seorang guru harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, sesama guru dan seluruh warga sekolah dan masyarakat pada umumnya
  •  Ing madya mangun karsa, di tengah membangun semangat atau ide. Dari tengah seorang pendidik harus mampu membangun semangat, menciptakan ide atau berkarya dan berinovasi di lingkungan tempat kerjanya atau di tempat tinggalnya.
  • Tut wuri handayani, dari belakang memberikan dorongan. Seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan, motivasi, arahan dan penyemangat kepada seluruh warga sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama" . Kedua kodrat ini berkaitan dengan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan peserta didik. Ki Hajar Dewantara hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ki Hajar Dewantara menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Berdirinya Taman Siswa pada tahun 1920 oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) menjadi salah satu gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan yang awalnya hanya ditujukan untuk pembantu kolonial dengan tujuan kepentingan usaha dagang Kolonial Hindia Belanda, dialihkan menjadi pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang.

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa "Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat". Hal ini berarti bahwa pendidikan adalah fondasi penting bagi terciptanya peradaban suatu bangsa. Untuk itu pemaknaan akan arti pendidikan menjadi hal yang penting bagi para pendidik.

Pendidikan Yang "Menuntun" Kodrat Anak

Pendidikan dan pengajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Pengajaran adalah proses memberikan ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin, sementara pendidikan adalah adalah menuntun kekuatan kodrat anak. "Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat" (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraph 4).

Dalam menuntun sesuai kodrat anak, pendidik diibaratkan seperti petani. Petani dapat merawat, menyiram, dan memberi pupuk pada tanaman. Meskipun pertumbuhan tanaman dapat dijaga, namun petani tidak dapat mengganti kodrat dari tanaman tersebut. Jika kodratnya adalah padi, maka hasilnya pun akan menjadi padi. Demikian juga dengan murid, pendidik tidak dapat mengubah kodrat murid, melainkan "hanya" menuntun tumbuhnya untuk memperbaiki laku hidupnya.

Menuntun tidak dapat dilakukan dengan paksaan. Menuntun menurut KHD justru mendorong anak menemukan kemerdekaan belajar. "Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri." Merdeka yang dimaksud oleh KHD berarti tidak bergantung kepada orang lain. Misalnya tidak terlambat ke sekolah (disiplin). Anak yang sudah merdeka, motivasi untuk tidak terlambat ke sekolah berasal dari dirinya sendiri, bukan karena paksaaan dari orang lain.

"Menuntun" yang dimaksud oleh KHD jika direfleksikan ke dalam pendidikan abad 21 ini, yaitu pendidik perlu mengarahkan siswa untuk melakukan kolaborasi, berpikir kritis-reflektif, mengkomunikasikan segala sesuatu, menggerakkan siswa untuk kreatif, dan inovatif. Sementara itu, maksud dari kata selamat dan bahagia adalah menuntun siswa untuk mewujudkan student wellbeing.

Asas Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Kodrat Alam Dan Kodrat Zaman

Pendidikan juga harus di sesuaika dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman Menuntun kodrat anak juga perlu disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan lingkungan fisik maupun sosial di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan kondisi zaman saat anak betumbuh. Kodrat alam di daerah Surabaya, Indonesia berbeda dengan di daerah Papua. Proses menuntun kodrat anak akan lebih maksimal jika disesuaikan dengan kondisi alam tempat anak tinggal dan juga kondisi sosio-kulturalnya. Sosial-budaya, serta norma-norma yang ada di lingkungan alam anak tinggal menjadi kodrat anak yang perlu dituntun untuk ditebalkan.

Cara belajar dan interaksi anak juga perlu disesuaikan dengan tuntutan zaman (kodrat zaman). Saat ini kecakapan hidup abad 21 diperlukan untuk menyongsong kehidupan berkelanjutan anak sebagai anggota masyarakat nantinya. Untuk itu, perlu memunculkan 4C (critical thinking and problem solving, creative thinking, collaborative, dan communication) dengan memanfaatkan tekhnologi informasi dalam proses pendidikan. Sarana dan prasarana di sekolah juga perlu diupayakan untuk menunjang proses pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya tersedianya internet, komputer, dan sumber belajar penunjang lainnya.

Pendidikan holistik diperlukan untuk menumbuhkan sikap bijaksana pada anak. Dalam perumpamaan yang disebutkan dari modul dasar-dasar pendidikan KHD, tambo pendidikan diibaratkan pengukir kayu yang akan membuat ukiran kayu terbaiknya. Untuk membuat ukiran kayu yang baik, pengukir kayu perlu memahami ilmu tentang kayu, jenis-jenis kayu, mengerti tentang keindahan ukiran, dan pengetahuan mengenai beragam jenis ukiran baik zaman sekarang atau dahulu, di negeri sendiri maupun asing. Demikian juga pendidik perlu mempelajari ilmu pendidikan yang terdiri dari : ilmu hidup batin manusia, ilmu hidup jasmani manusia, ilmu kesopanan, ilmu keindahan, dan ilmu tambo pendidikan. Memahami anak secara utuh adalah tugas seorang pendidik.

Budi Pekerti

Menurut KHD dalam pembentukan budi pekerti hal yang utama adalah keluarga. keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya. Sehingga diperlukan bagi seorang pendidik untuk membuat anak menjadi nyaman, menganyomi, penuh kasih sayang seperti dikeluarganya sendiri

Menurut convergentie-theorie, anak diibaratkan seperti kertas yang sudah berisi penuh dengan coretan namun masih samar-samar. Tugas pendidik adalah menuntun anak untuk menebalkan garis tersebut. Garis diibaratkan sebagai tabiat-tabiat yang ada pada anak. Jika tabiat buruk, maka pendidik perlu tetap menuntunnya agar tetap samar-samar. Menurut teori ini, watak manusia dibagi menjadi dua yaitu intelligible dan biologis. Intelligible adalah hal yang dapat berubah, sementara biologis adalah perasaaan yang tidak dapat berubah, contohnya rasa penakut, rasa malu, dll. Anak berubah menjadi pemberani karena rasa penakutnya sudah tersamarkan oleh kecerdasan pikirannya.

Refleksi Perubahan Yang Saya Rasakan

Pada kesempatan kali ini saya akan membuat simpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman yang baru dipelajari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Sebelum mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, saat saya masuk kelas dan ada siswa yang perilakunya kurang baik (mangajak temannya cerita dan ribut) saya menasihati mereka secara keseluruhan saya tidak menyadari bahwa satu atau dua anak yang ribut maka semua siswa terkena omelan dari saya dan akan membuang waktu belajar peserta didik yang siap untuk belajar. Saya belum menyadari metode dan media pembelajaran yang saya gunakan mungkin membosankan bagi sebagian anak. Saya belum mengenali tipe dan model belajar anak secara penuh.

Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering menegur anak yang hanya bercerita dengan temannya saat pembelajaran juga ketika ada anak yang terkesan sulit diajak bekerjasama, dan bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran. Saya menyadari belum banyak yang bisa saya lakukan dan menyuguhkan motode dan model pembelajaran yang menyenangkan bagi setiap siswa saya.

Setelah saya mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran saya berubah bahwa setiap anak memilik gaya dan metode belajar yang berbeda. Karena mereka adalah pribadi yang unik dan berbeda-beda. Saya harus menyajikan pembelajaran yang menyenangkan bagi semua siswa.

Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah penggunaan metode dan media pembelajaran yang bervariasi. Lebih mengenali tipe dan gaya belajar siswa serta karakter dan latar belakang siswa, keluarga atau lingkungan dengan menjalin komunikasi dengan orang tua. Sehingga dalam pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan pembelajaran berpusat pada peserta didik untuk menggali potensi-potensi dan kreativitas yang mereka miliki sehingga siswa boleh mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun