- Implementasi Break Even Point
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya, yaitu saat perusahaan tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak menderita kerugian. Berikut adalah data komposisi Break Even Point yang terdiri penerimaan total, biaya tetap, biaya variabel, BEP (rupiah), prosentase penerimaan gula, BEP gula (rupiah) dan BEP gula (kw) PG Mojo selama tahun 2004- 2008 :
Tabel 12. Data Penerimaan Total, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Contribution Margin Ratio , BEP( Rupiah) PG Mojo
Tabel 13. Data BEP (Rupiah), Persen Penerimaan Gula, BEP Gula (Rupiah) Dan BEP Gula (Kw) PG Mojo
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya, yaitu saat perusahaan tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak mengalami kerugian. Pada analisis ini digunakan konsep contribution margin. Menurut Riyanto (2001), apabila menggunakan konsep contribution margin, BEP akan tercapai pada volume penjualan dimana contribution margin-nya tepat sama besarnya dengan biaya tetapnya. Jadi, apabila contribution margin lebih besar daripada biaya tetap, berarti penerimaan perusahaan lebih besar dari biaya total.
Pada perhitungan Break Even Point atas dasar penjualan produk dalam rupiah diketahui bahwa ketika contribution margin ratio meningkat, nilai BEP
akan semakin kecil. Selain itu semakin tinggi nilai selisih biaya variabel dengan biaya tetap, nilai BEP akan semakin meningkat.
BEP gula diperoleh dari perkalian antara total BEP dalam rupiah dengan persen penerimaan gula. BEP dalam unit dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah BEP gula dalam rupiah dengan harga jual produk per Kw.
Penerimaan PG Mojo tidak hanya diperoleh dari penjualan gula tetapi juga dari hasil sampingan dalam memproduksi gula. Rata-rata penerimaan gula PG Mojo tahun 2004-2008 sekitar 78% dari total penerimaan yang diperoleh perusahaan. Sedangkan sisanya penerimaan diperoleh dari penjualan produk sampingan dari hasil produksi.