Mohon tunggu...
Wati Akrimah
Wati Akrimah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

selain guru saya juga hobi traveling dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Malam Semakin Larut

1 November 2023   09:28 Diperbarui: 1 November 2023   10:44 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi Gambar(Ainur Ochiem/RDR.BJN)

Suara- suara itu saling bersautan. Membuat Kuslan panik dan menjauh dari ruko Kang Asep. Tiba - tiba , ada warga yang mencekal lengan nya. Kuslan terdesak. Warga dipasar itu kini menatapnya dengan geram.

" Dasar maling!"

"Hajar saja , biar kapok!"

"Jangan ...! Kita punya hukum!"

"Ah...syudah kelaman . Mending kita hajar saja!"

.Entah siapa yang memprovokasi tiba - tiba beberapa warga langsung memukuli Kuslan  lalu diikuti oleh warga lainnya. Pukulan mendarat dipipi kanan Kuslan dan diikuti tendangan entah oleh siapa. Kuslan yang tidak siap, langsung tersungkur memegangi perut yang terasa nyeri entah oleh tendangan laki- laki berkaos lerek atau nyeri karena menahan lapar sejak subuh.  Teriakan  dan umpatan sayup - sayup mulai tidak terdengar di telinga Kuslan seiring dengan pandangan matanya yang mulai mengabur.  Bayangan wajah Minten istrinya dan sekatong beras serta Ning anak bungsunya menari - nari dimatanya yang terasa mulai berat. Kuslan menangis  lalu tubuhnya serasa ringan . Tidak lagi terdengar suara teriakan. Tidak lagi terlihat bayangan Minten. Bayangan Ning anak bungsunya menghilang. Gelap yang kini Ia rasakan.  Tubuh Kurusnya lalu tergelak di pinggir jalan.Ia tertangkap dan meninggal dengan predikat pencuri sekantong beras.

Pria yang tertangkap saat mencuri itu dihakimi oleh warga. Ya, Pria itu bernama Kuslan. Tubuh kerempeng  dengan rambut ikal serta  kulit sedikit gelap tergelatak begitu saja dipinggir jalan. Sandal jepit berwarna  biru yang warnanya memudar  hadiah dari Minten ketika ulang tahun pernikahannya kemarin kini hanya tinggal satu  , dan yang satunya berubah warna karena terinjak injak warga yang dengan beringas  memukuli tubuh kurusnya dan menginjak - ngijak harga dirinya sebagai kepala keluarga. Kini tubuh kurus itu   tergeletak  di pinggir jalan. Tubunya  tak bernyawa lagi.

  Sudut mata sebelah kanannya mengalirkan darah segar, sementara baju abu- abunya robek dibagian sebelah dada.  Di negeri yang terkenal ramah ini  seorang laki- laki sekaligus kepala keluarga  tergeletak tidak bernyawa. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga tega memukulinya Kuslan hingga nyawa laki- laki beranak tiga itu melayang karena mencuri sekantong beras di toko kelontong  Kang Asep. Mungkin kalau ditaksir beras  yang Kuslan curi tidak sebanding dengan nyawanya.

Tubuh kurusnya masih  tergeletak di pinggir jalan menunggu pihak berwajib. Banyak mata yang hanya memandang sinis dan sebagian orang menatap dengan iba namun tidak mampu berbuat banyak. Bapak -- bapak berkaos lerek yang tadi menghujami Kuslan dengan pukulan didada sebelah kiri itu hanya menatap tubuh kurus itu dengan tatapan yang biasa- biasa saja. Tidak ada gurat penyesalan yang tergambar diwajah itu melihat tubuh Kuslan tergeletak tidak bernyawa.

Sebagian yang lain sibuk menggambil gambar Kuslan yang babak belur tak bernyawa mungkin untuk dijadikan status di whatshap atau group WA. Tiba- tiba saja banyak orang yang menjadi wartawan dadakan. Miris sekali dijaman serba teknologi ini peristiwa apapun selalu menjadi viral. Tak terkeculi kematian Kuslan yang tragis di sore hari menjelang malam. Berita Kuslan yang meninggal di pasar begitu cepat menyebar.

Tiba- tiba hp jadul disaku celana sebelah kiri Kuslan berdering. Warga yang berkerumun  saling melempar pandang.  Seorang warga memberanikan diri mengambil hp itu dan menerima panggilan telepon, lalu diloudspeaker. Terdengar  suara anak kecil diujung telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun