Kang Darman adalah kakak tertua Kuslan yang tinggal hanya beberapa meter dari rumah Kuslan. Dibandingkan dengan Kuslan, kehidupan Kang Darman terbilang beruntung. Usaha toko kelontongnya sangat maju dan memiliki banyak pelanggan. Anaknya hanya dua , dan keduanya sudah menyelesaikan sekolahnya sampai sarjana. Anak pertamnya sudah bekerja di salah satu bank swasta . sementara itu, anak keduanya berkerja disalah satu perusahaan telekomunikasi.
"Tidurlah Bu, yakinlah Gusti Allah mboten sare!" nyatanya ucapan Kuslan tidak juga membuat mata Minten terpejam. Minten telah menghabiskan waktu tiga jam terkhir dengan kecemasan serta kegelisahan yang memadat memenuhi dadanya. Menjelang subuh, Minten baru bisa memejamkan mata. Suara dengkurannya terdengar teratur seolah kecemasan dan kegelisahan yang dialaminya menghilang bersama suara dengkurannnya.
Tiba- tiba suara adzan subuh terdengar nyaring dari speaker mushola yang teletak diujung gang, membangungkan raga yang baru terlelap. Minten baru terlelap menjelang subuh dengan puluhan pertanyaan yang mengendap di dadanya. Rasanya Gusti Allah sedang menguji kesabaran Minten dan keluarganya.
"Bu.... Bu... sudah subuh!" Suara Kuslan membangunkan istrinya yang terelelap. Ditatapnya wajah istrinya . Kuslan tahu semalam istrinya tidur menjelang pagi. Tiba- tiba keterasingan menggigit dirinya. Dadanya sesak. Terlihat di wajah  istrinya tersirat kecemasan dan kegelisahan. Namun sebagai manusia bertuhan , Kuslan harus yakin bahwa esok Tuhan akan memberikan jalan keluar.
"Bu...bu..." digoncangkan lagi lengan istrinya dengan lembut.
"hemmm..."
"Sudah subuh, Bu! Nanti keburu waktu subuhnya habis!" suara Kuslan sedikit meninggi.
"Jam berapa sekarang , Pak?" suara serak istrinya terdengar amat berat di telingga Kuslan.
" Hampir jam setengah lima, Bu. Solat dulu, Bu!" suara Kuslan terdengar lirih.
"Bapak mau kemana? Sudah rapi!" tanya Minten ketika suaminya terlihat tidak seperti biasanya.
"Bapak sudah solat subuh, tinggal Ibu dan anak-anak. Coba nanti ibu bangunkan anak - anak. Bapak mau keluar sebentar." Â Jawaban Kuslan membuat Minten bingung.