Si pengepul gak balik, berjalan terus menjauh dari rumahku
Beberapa tetanggaku pun juga memberikan respon keheranan dengan kebiasanaanku memanen sendiri 2 pohon mangga itu, tidak pernah dijual. Ada yang mau bertanya alasanku, tetapi lebih banyak yang diam tidak pernah menanyakan
Emang aku dan keluargaku bisa menghabiskan hasil panen dari kedua pohon itu?
Tentu tidak...
Kami biasa membagikan sebagian besar panen mangga itu ke sanak-keluarga dan tetangga dekat. Setiap kali memanen, kami akan menyisihkan, mana yang akan kami makan sendiri, dan mana yang akan dibagikan. Dari bagian yang akan dibagikan, kami masih akan membagi-bagi lagi mana yang untuk sanak-keluarga dan mana yang untuk tetangga sekitar, bedanya dijumlah buah yang akan kami masukkan dalam tas kresek yang sudah disediakan.
Anak-anakku kebagian mengantar buah mangga itu ke tetangga sekitar, termasuk ke beberapa sanak-keluarga yang tinggal di sekitar rumah. Ucapan terima kasih, dan tak jarang tetangga dan sanak-keluarga meniitipkan pemberian balasan. Bahkan, kalo aku gak salah mengingat, ada kejadian tetangga yang menerima pemberian buah mangga yang masih mentah itu datang ke rumah untuk mengucapkan terima kasih secara langsung karena pemberian kami itu tepat saat anaknya yang hamil, sedang ngidam ingin mangga muda, dan belum keturutan (terpenuhi ; bhs Jawa)
Momen seperti itu, jelas tidak bisa tergantikan oleh uang dari pengepul. Ekspresi dan ucapan rasa terima kasih menjadi sumber energi positif bagi keluarga, sekaligus sebagai sarana memelihara rasa guyup antar tetangga di desa
Bagimana tahun ini?
Buah-buah mangga di kedua pohon itu keliatan sudah ada yang masak dan siap dipanen, tapi aku belum memutuskan kapan aku akan memanennya. Kayaknya aku masih bermasalah dengan kenangan memanen buah mangga bersama anakku wedok, Lintang. Dia yang biasanya membantuku mengumpulkan buah mangga yang aku petik, serta bersama adik dan ibunya, memakan buah mangga yang matang di pohon.
Sikap isengnya – kayaknya niru aku, saat bantu aku manen mangga, masih aku ingat bener. Lintang beberapa kali menyisakan 1 - 2 buah mangga di keranjang kecil di ujung galah bambu yang aku gunakan memanen mangga. Galah bambu pun terasa berat aku angkat, dan aku kesulitan mengarahkan galah bambu ke buah mangga yang akan aku petik selanjutnya. Dan Lintang senyum-senyum...
“ Mosok gak kuat Yaaaahh!!! “ teriak Lintang nggoda aku. Dan biasanya aku akan mbales teriak