Mohon tunggu...
Wasiat Kumbakarna
Wasiat Kumbakarna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

melihat sesuatu dengan lebih cerdas dan tenang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teladan Pahlawan Kiai As'ad dan Aksi Bela Islam

10 November 2016   10:44 Diperbarui: 10 November 2016   11:00 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selamat hari pahlawan 10 November bagi kita semua!

Jadi ingat pelajaran bahasa Indonesia waktu SMP dulu. Setiap membahas teks biografi pahlawan, selalu ada pertanyaan, “teladan apa yang bisa kamu tangkap dari seorang pahlawan?” Maka, jika berbicara pahlawan, poin utamanya adalah teladan. Kemudian, teladan mereka harus diadaptasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara kekinian. Begitulah pula kira-kira cara memaknai hari Pahlawan!

Kiai As’ad, Resolusi Jihad, 10 November

Baru dua hari lalu Presiden Jokowi menganugerahi gelar pahlawan kepada seorang ulama-pejuang Kiai Haji Raden (KHR) As'ad Syamsul Arifin. Di masa revolusi kemerdekaan, Kiai As'ad turut bergerilya mengusir penjajah Jepang dan Belanda. Ia adalah salah seorang kiai yang menjadi motor penggerak tercetusnya Resolusi Jihad yang pada akhirnya menggerakkan pertempuran 10 November di Surabaya.

"Resolusi Jihad adalah 'hulu ledak' yang menggerakkan 'rudal' 10 November 1945," demikian dikatakan Emha Ainun Najib. Untuk diingat isi Resolusi Jihad salah satunya menyatakan: Kewajiban umat Islam berperang melawan penjajah adalah "fardlu ain" (kewajiban setiap individu). Berkat Resolusi Jihad itulah seluruh pesantren di Indonesia bergerak melawan penjajah! Sungguh heroik!

Siapa Kiai As’ad?

Kiai As’ad adalah ulama yang tak hanya sebagai ulama yang menyebarkan ilmu agama dan memimpin pesantren. Kiai As'ad juga turun gunung bergerilya berjuang mengusir penjajah Jepang dari Jember, Jawa Timur. Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono yang menjadi markas utamanya, Kiai As'ad menyusun strategi dan melancarkan serangan untuk melumpuhkan penjajah.

Secara ketokohan, Kiai As'ad juga bukanlah ulama sembarangan. Beliau yang lahir di Mekah pada 1897 adalah keturunan Wali Songo dan termasuk tokoh pelopor berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Kiai As'ad masih keturunan Sunan Ampel dari ayahandanya KH Syamsul Arifin dan masih keturunan Sunan Kudus dari ibundanya, Siti Maimunah.

Kiai As'ad juga adalah penyampai pesan KH Kholil Bangkalan untuk KH Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya NU. Sampai akhir hayatnya pada 4 Agustus 1990, Kiai As'ad menjabat sebagai Dewan Penasihat PB NU.

Teladan sang kiai

Apa yang diperjuangkan oleh Kiai As’ad patut menjadi teladan bagi generasi masa kini. Hanya saja, perjuangan atau jihad umat Islam saat ini berbeda dengan zaman perjuangan Kiai As’ad dulu. Sekarang yang dihadapi adalah penjajahan di bidang lain, yakni keterbelakangan pendidikan dan ekonomi umat. Demikian diungkapkan putra dari Kiai As’ad yang menggantikan posisinya.

Teladan Kiai As’ad adalah bahwa kita harus semakin meneguhkan komitmen untuk menjaga negara dan bangsa Indonesia sehingga menjadi aman, damai dan sejahtera. Intinya, keutuhan NKRI yang merupakan buah dari perjuangan para ulama, termasuk Kiai As'ad, harus dijaga. Kepentingan bangsa dan Negara harus berada di atas kepentingan individu dan golongan.

Satu contoh peristiwa sejarah lain yang perlu direnungkan dengan sungguh oleh umat Islam adalah ketika Muktamar NU pada 1984, Kiai As'ad merupakan ulama yang getol memperjuangkan Pancasila menjadi asas tunggal. Itulah teladan-teladan dari sosok pahlawan bernama Kiai As’ad.

Aksi bela Islam

Lalu bagaimana mengadaptasi teladan Kiai As’ad dalam konteks “aksi bela Islam” yang sekarang sedang ramai berhubungan dengan kasus Ahok belakangan ini?

Menurut saya, pertama, “aksi bela Islam” tidak boleh menjadi gerakan radikal yang melenceng dari tujuan awal. Tidak boleh melebar menjadi agenda makar kepada pemerintahan yang sah! Kelompok-kelompok, jika ada, yang mencoba menggiring gerakan ke arah pelengseran pemerintahan yang sah harus diwaspadai dan ditolak oleh umat Islam.

Kedua, bagi umat Muslim Indonesia, harus difahami betul bahwa fakta ulama memperjuangkan NKRI menyiratkan bahwa NKRI adalah Islam dan Islam adalah NKRI. Maka, ketika umat Islam membela Islam, maka itu harus berarti umat Islam membela Indonesia, mempertahankan NKRI, bukan sebaliknya!

Awas, waspadi dan tolak provokasi kelompok-kelompok yang anti-NKRI! (WK)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun