Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apa Pandanganmu tentang Ahok?

18 Maret 2016   16:37 Diperbarui: 18 Maret 2016   16:47 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: ahok.org/berita/news/sebelum-resmikan-masjid-jokowi-kunjungi-jakarta-smart-city/#prettyPhoto"][/caption] 

Hanya dua pilihan yang tersedia

Setelah kita mendengar kata-katanya,

Dan melihat kerjanya,

 

Setelah kita mengetahui siapa yang menyerangnya,

siapa yang membelanya,

dan mengapa keputusan itu diambil

 

Hanya dua pilihan yang bisa kita ambil, sobatku,

karena pilihan terakhir,

pilihan untuk menjadi cuek

adalah pilihan seorang pengecut

yang selalu mencari titik aman

 

tetapi tidak butuh lama untuk menyadari bahwa

saya pernah menjadi orang seperti itu

yang selalu memikirkan diri sendiri

dan mencari aman untuk diri sendiri

 

saya pernah berpikir bahwa mengambil jalan tengah

adalah pilihan yang paling bijak

karena kita tidak akan menyinggung siapapun juga

           

padahal kenyataannya,

terkadang dengan tidak memilih kiri atau kanan,

kita berdiri di tengah jalan,

pada posisi yang paling berbahaya

dengan resiko ditabrak dari kiri dan kanan

 

kemudian orang ini muncul

dan memberi contoh bagaimana seharusnya seseorang memilih

dan berdiri dengan pilihannya itu

bagaimana pemimpin itu perlu terus membagikan visi

dan bekerja keras untuk mewujudkan visi itu

bahkan ketika harga yang harus dibayar itu tinggi

 

ia terkadang menubruk pilihan aman

demi keyakinan yang dipegangnya

 

orang ini memilih setia kawan, jujur dan lurus,

hal-hal yang kita pikir hanya berlaku di bangku SD

dan setelah menetapkan hatinya,

orang ini berjalan walaupun banyak resiko yang menghadang

 

ketika banyak dari kita mengagungkan dia,

bahkan bergerak hingga zona ekstrim membela dia,

atau menjelekkan dia, bahkan menghina latar belakangnya,

saya ingin mengajak kita berpikir

bilamana tindakan yang diperlihatkan olehnya

adalah juga ciri-ciri yang umumnya dimiliki oleh seorang pemimpin?

 

Bukankah prinsip yang dijalankannya berlaku

baik untuk tugas memimpin sebuah ibukota,

atau sebuah rumah tangga?

 

Bukankah tantangan yang sama datang kepada setiap pemimpin

ketika ia harus membuat keputusan yang terbaik

walau terkadang tidak diterima oleh banyak rakyat

atau semua anak-anaknya?

[caption caption="sumber: media.licdn.com/mpr/mpr/p/5/005/0a0/3a4/3abb52f.png"]

[/caption]

Orang berkata bahwa film yang meledak di pasar

adalah film yang mampu menceritakan sebuah pergumulan

Yang bisa dimengerti oleh para penggemarnya

Sehingga setelah film itu selesai

Para penonton bisa kembali ke dunia nyata

Dan mendapat semangat baru untuk menjalani hari esok

Dengan lebih baik lagi

 

Saya berpikir,

Apakah itu yang juga sedang terjadi

Dengan talk-show dan liputan-liputan yang kita lihat

Dari pemimpin yang unik ini?

 

Mungkinkah banyak orang Indonesia sedang melihat

reality show ini,

Dengan tokoh antagonis Dan protagonis

Yang dimainkan oleh satu orang ini

dan terinspirasi

untuk menjadi lebih baik di dunia mereka masing-masing?

 

Sobatku,

Mungkin hanya ada dua pilihan yang tersedia,

Yaitu mendukungnya, atau membencinya.

Tetapi sebagai pemimpin,

Satu hal yang lebih penting lagi

Yang tidak bisa kita lupakan,                   

Yang harus ada pada setiap kita,

Kita harus bisa belajar dari apa yang kita lihat

 

Sambil kita melihat keputusan-keputusan yang diambil

Sambil kita melihat jatuh bangunnya dalam menjalankan

tanggung jawab sebagai pemimpin,

Marilah kita belajar

untuk juga menjadi lebih baik

di bidang kita masing-masing

 

entah itu dalam memimpin satu kota,

Satu perusahaan,

Satu kelas,

atau satu keluarga.

 

Untuk hari esok yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun