Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengejar Kepiting!

23 Oktober 2015   13:01 Diperbarui: 23 Oktober 2015   13:01 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda mengerti bukan dengan perasaan itu? Besar kemungkinan, bila Anda belum pernah mengalaminya, maka ada teman atau kerabat kita yang menaikkan bendera putih terhadap keinginan mereka. Bukankah banyak mimpi dan impian kita tidak terealisasi karena kegagalan yang kita hadapi? Kita ingin menjadi penulis, tetapi ketika tulisan kita menuai kritik demi kritik, maka cita-cita itu kita lepaskan dari gengaman kita. Atau kita ingin menjadi penyanyi, namun keluarga dan lingkungan mengejek dan mengatakan bahwa hal itu tidaklah mungkin. Kita ingin mendaki gunung Everest, kita ingin melihat kemegahan piramida. Kita ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi setiap orang yang kita temui mengatakan bahwa itu adalah mimpi yang mustahil. Dan kita menyerah sebelum mencoba. 

Dunia memang kejam terhadap mimpi yang lahir dalam diri kita. Seperti sebuah benih yang ditabur di tanah gersang, demikian rapuhnya mimpi ditengah realita dan tuntutan hidup. Kesibukan dan pilihan menguras tenaga kita dan tanpa terasa, mimpi itu kita luakan.

Sebagai pemimpin, salah satu tantangan terbesar kita dalam membawa organisasi atau tim kita untuk meraih sebuah visi adalah kegagalan. Kegagalan bukan saja akan menanam benih putus asa dan keraguan dalam diri kita, tetapi juga menghimpit pengharapan yang sedang berjuang untuk tumbuh. Kegagalan memberikan ilusi bahwa mimpi yang kita kejar itu salah sehingga kita merasa bahwa langkah terbaik adalah menyerah. Padahal di kebanyakan situasi, langkah yang perlu diambil adalah mengubah strategi dalam mengejar mimpi itu.

 

 

Apakah yang sedang Anda kejar, Sobat?

 

Sebagai pemimpin, kita perlu peka terhadap efek dari kegagalan dan rintangan yang muncul di jalan. Kita jangan menutup mata dan menghiraukan kegagalan yang muncul dan kita juga jangan langsung menyerah ketika kita menemukan jalan buntu.

Kita buka mata dan melakukan otopsi terhadap kegagalan itu. Mungkin strateginya yang perlu diganti. Mungkin pula waktunya yang kurang tepat. Dalam evaluasi itu, milikilah sifat flexibel terhadap strategi sambil kita tetap berlari mengejar mimpi itu.

Bila yang Anda kejar itu lebih berharga dari seekor kepiting, milikilah mental dan semangat pantang menyerah yang lebih besar daripada anak SD tadi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun