Anda mengerti bukan dengan perasaan itu? Besar kemungkinan, bila Anda belum pernah mengalaminya, maka ada teman atau kerabat kita yang menaikkan bendera putih terhadap keinginan mereka. Bukankah banyak mimpi dan impian kita tidak terealisasi karena kegagalan yang kita hadapi? Kita ingin menjadi penulis, tetapi ketika tulisan kita menuai kritik demi kritik, maka cita-cita itu kita lepaskan dari gengaman kita. Atau kita ingin menjadi penyanyi, namun keluarga dan lingkungan mengejek dan mengatakan bahwa hal itu tidaklah mungkin. Kita ingin mendaki gunung Everest, kita ingin melihat kemegahan piramida. Kita ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi setiap orang yang kita temui mengatakan bahwa itu adalah mimpi yang mustahil. Dan kita menyerah sebelum mencoba.Â
Dunia memang kejam terhadap mimpi yang lahir dalam diri kita. Seperti sebuah benih yang ditabur di tanah gersang, demikian rapuhnya mimpi ditengah realita dan tuntutan hidup. Kesibukan dan pilihan menguras tenaga kita dan tanpa terasa, mimpi itu kita luakan.
Sebagai pemimpin, salah satu tantangan terbesar kita dalam membawa organisasi atau tim kita untuk meraih sebuah visi adalah kegagalan. Kegagalan bukan saja akan menanam benih putus asa dan keraguan dalam diri kita, tetapi juga menghimpit pengharapan yang sedang berjuang untuk tumbuh. Kegagalan memberikan ilusi bahwa mimpi yang kita kejar itu salah sehingga kita merasa bahwa langkah terbaik adalah menyerah. Padahal di kebanyakan situasi, langkah yang perlu diambil adalah mengubah strategi dalam mengejar mimpi itu.
Â
Â
Â
Sebagai pemimpin, kita perlu peka terhadap efek dari kegagalan dan rintangan yang muncul di jalan. Kita jangan menutup mata dan menghiraukan kegagalan yang muncul dan kita juga jangan langsung menyerah ketika kita menemukan jalan buntu.
Kita buka mata dan melakukan otopsi terhadap kegagalan itu. Mungkin strateginya yang perlu diganti. Mungkin pula waktunya yang kurang tepat. Dalam evaluasi itu, milikilah sifat flexibel terhadap strategi sambil kita tetap berlari mengejar mimpi itu.
Bila yang Anda kejar itu lebih berharga dari seekor kepiting, milikilah mental dan semangat pantang menyerah yang lebih besar daripada anak SD tadi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H