Mohon tunggu...
Wartini Sumarno
Wartini Sumarno Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Kopi

Penyuka film, anime, juga suka wisata sejarah sekaligus wisata religi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyambut Juang Merengkuh Masa Depan: Peran Santri dalam Menghadapi Neoliberalisme

22 Oktober 2024   09:28 Diperbarui: 22 Oktober 2024   10:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Artikel Tsirwah

Keadaan ini diperkuat dengan ideologi golongan islam dalam merespon kemiskinan sebagaimana yang dikatan oleh Dr. Mansour Faqih dalam kata pengantar buku Islam Kiri karya Eko Prasetyo. Pembagian ideologi tersebut dibagi kedalam empat paradigma yakni paradigma tradisionalis, modernis, revivalis dan transformatif.

Kategori ini bersifat ideologis dan bukan organisatoris, ini untuk mematahkan kategori lama bahwa islam di Indonesia hanya terbagi ke dalam NU-Muhamadiyah. Kaum tradisional berpandangan bahwa permasalahan kemiskinan umat pada hakikatnya adalah ketentuan dan rencana Tuhan. Memang pandangan ini lebih bersifat fatalis, sehingga terkadang masyarakat miskin NU menganggap ini sebagai normalitas.

Apalagai menghadapi era neoliberalisme ini jangan sampai santri, terutama para santri NU tergerus zaman dan hanya menjadi penonton dipinggir lapangan. Para santri harus meningkatkan kualitas diri dengan cara ikut andil dalam mengelaborasi, menjadi penghubung antara ilmu islam dan ilmu pengetahuan atau sains.

Saat ini dan kedepan masalah otoritarianisme, ketidakadilan ekonomi, kapitalisme masih menjadi tantangan. Maka dari itu santri harus mampu berdaftasi mengikuti perkembangan zaman tanpa tercerabut dari akar jati diri seorang santri. Karena santri bukan hanya sosok yang bergelut di bidang spiritual tapi juga insan patriotis yang turut serta mencatat sejarah dalam mempertahankan NKRI.

Serang, 22 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun