Setelah berulang kali menghadapi percobaan seperti itu dan menemukan tempat dimana group/kelompok Invos, Ensty dan Kateda menunggu untuk menyerang, dan juga dapat dihadapi oleh V.GMK tersebut, ia menyelesaikan keseluruhan ujian termasuk juga menyelesaikan penterjemahan lengkap dari Buku Tujuh Rahasia, termasuk jawaban yang selama ini dicari oleh Mahaguru Tagashi. Missink Link tersebut adalah Deep Silence Training System. yang mana sudah diperkirakan olehnya sewaktu berlatih di Bromo sebelumnya.
Tahun 1972 V.GMK tersebut kembali ke Bromo dan lulus meraih tingkatan GMK  (Grandmaster of Kateda)  dan sesudah itu selama setahun penuh (1972-1973) GMK dari Indonesia ini berlatih seorang diri di Pantai Selatan Jawa Timur (yang pada saat ini disebut Ngliyep). Ujian meraih tingkatan yang ke-10 atau GME (GrandMaster of Ensty) diadakan di Ngliyep pada tahun 1973, dan sekali lagi Ohyerho menjadi penantang dengan membawa ketidakpuasan dari waktu-waktu sebelumnya. Tagashi mengijinkan dan hasildari ujian tersebut adalah Ohyerho hanyut dibawa arus ombak Pantai Selatan dan sampai saat ini tidak ditemukan bekas jasadnya, dan GME yang baru (dari Indonesia) dilantik dihadapan 2255 anggota 4 kelompok dan pimpinannya di Himalaya, dimana buku Tujuh Rahasia ditemukan oleh TAGASHI. Di dalam pidato pelantikannya, GME sebagi pucuk pimpinan tertinggi seluruh kelompok membacakan naskah pribadi berjudul "BLUEPRINT FOR PEACE" yang isinya mempromosikan perdamaian atas sesama bangsa dan oleh karena itu GME menyatakan secara tegas menolak prakarsa industri persenjataan nuklir yang mampu membunuh sekian juta bayi, wanita dan anak-anak yang tidak bersalah di dalam dunia perselisihan bersenjata.
Group/kelompok dari Eropa dan Amerika kurang menerima kritikan yang diucapkan oleh GME di dalam hal mengupas mentalitas dunia Barat sebagai sumber dari bahaya industri dan pengembangan bom nuklir, dan dari titik perbedaan inilah timbulnya perpecahan dikalangan 4 group yang ada pada waktu itu, terutama dari group INVOS yang kemudian meutuskan untuk kembali ke Eropa dan Amerika dan akan menunggu kedatangan GME ke sana sehubungan dengan mmampu tidaknya nanti GME membuktikan kebenaran dari isi "BLUEPRINT FOR PEACE". Pada tahun 1976 TAGASHI wafat dan diperabukan didua tempat, Himalaya dan di Gunung Bromo.
TAHUN 1976-1989
GME datang ke Eropa dan Amerika untuk membuat perhitungan terakhir dengan pihak INVOS. Perhitungan terakhir tersebut dilaksanakan di Pantai selatan Kerajaan Inggris yang disebut Crownwall, dan dari hasil perhitungan tersebut adalah GME diakui dan dianugerahi suatu gelar kehormatan sebagai GM.K.E.I. yang mana berarti Mahaguru Tingkat 12, dan berdasarkan hal ini GM.K.E.I. (yang berasal dari Indonesia) tersebut memutuskan untuk memerangi pengaruh industri bom nuklir dan juga pengaruh narkotika di dunia Barat, dan kesemuanya ini diwujudkan secara nyata melalui pengukuhan Perguruan llmu Tenaga murni sampai sebanyak 36 pusat (masing-masing memiliki cabang meliputi berbagai ragam bangsa dari 46 negara), sekaligus membuktikan sekian banyak kebenaran tulisan Blueprint For Peace yang mana pembuktian-pembuktian tersebut dilihat oleh masyarakat barat pada umumnya sesudah tulisan tersebut dibukukan (sebagai bagian dari buku KATEDA yang terbit di london Inggris pada tahun 1984).    Â
Memang benar banyak tantangan dari pihak Barat sendiri sehubungan dengan adanya industri bom nuklir, dan pihak USA dan USSR (Uni Soviet) mulai menyetujui pembatasan industri tersebut. Kemudian pembuktian mengenai kekuatan Iran dan Irak, juga sudah diperingatkan melalui buku yang soma. Jura mengenai kehancuran paham Komunisnya Uni Soviet, itu semuanya juga sudah tertulis di buku tersebut sebelum terjadi. Kemungkinan adanya bukti bahwa Yugoslavia memiliki potensi mengancurkan, itupun tertulis walaupun sekian tahun kemudian (sesudah tahun 1984) baru kita mendengar adanya kekacauan yang dimaksud (Bosnia dan Serbia). Yang disinggung di dalam Buku KATEDA, ada juga yang berhubungan dengan Tembok Berlin, dan akhirnya tembok itupun dirobohkan, sekian tahun kemudian sesudah penerbitan buku yang sama.
Mengenai kelamahan PBB (UNO) puntertulis secara jelas sekaligus denganm peringatan akan resiko-resikonya, dan yang dapat terbukti sesudah itu adalah benar-benar nyata PBB tidak mampu berperan sebagai juru damai jika kita pelajari situasi di Timur tengah, Israel., Lebanon, Somalia, dll, malah pasukan perdamaian PBB pun turut serta dikorbankan di tengah misi perdamaian di deluruh dunia.
GM.K.E.I, menjadi pusat perhatian media barat, terutama setelah menolak menerima kewarganegaraan Inggris (oleh pihak-pihak tertentu) yang kemudian dihubungkan dengan tulisan-tulisan di Buku yang memuat sekian banyak kritik atas mentalitas agresifnya pihak barat, membuat media barat (yang oleh pihak-pihak tertentu) semakin memtokuskan serangan-serangan mereka terhadap GM.K.E.I. puncak serangan sewaktu pihak media mengetahui bahwa ia menerima sekian banyak surat penghargaan dari parlemen Inggris, Perdana Menteri Inggris, Gedung Putih dan Presiden Amerika Serikat, Departemen Pemerintahan Inggris dibidang Pemberantasan Narkotika, dll.
TAHUN 1989-1993
GM.KE.I. memasuki masa-masa mendekati akhir dari misi/perjanjian 30 tahun yang dibuat di Bromo semasa almarhum TAGASHI masih hidup dan berjanji untuk melangkapi penulisan Buku sampai dengan tingkatan tertinggi yaitu 12. GM.K.E.I. kembali ke Indonesia dan melihat sekian banyak penyalahgunaan nama KATEDA (dan isi pengajarannya) di Indonesia sehingga terpaksa ia harus mengambil beberapa langkah startegis untuk mengakhiri penyalahgunaan tersebut dan secara kebetulan serangan-serangan dari media barat pun bisa dipergunakan untuk itu, walaupun resikonya disini sudah jelas adalah "nama baiknya sendiri". Tetapi apakah arti resiko nama baik bila ditujukan adalah justru penertiban yang sebaik-baiknya bagi pelestarian ilmu secara murni, sehingga jelas bagi dunia siapa saja yang akan mundur dari misi yang sesungguhnya.
Dengan adanya pemikiran seperti itu GM.K.E.I. mendirikan Perguruan llmu tenaga Murni di Indonesia lagi, pertama-tama untuk memancing reaksi dari sang penyalahguna nama/ilmu, dan setelah ternyata mereka mundur melalui jalan berganti nama Orgaanisasi, maka berikutnya adalah langkah membentuk suatu kompetisi antar Perguruan yang diakui resmi oleh GM.K.E.I. demi mempersiapkan diri mereka sebelum misi 30 tahun GM.K.E.I. nanti berakhir. Seleksi juga menggunakan cara-cara TAGASHI almarhum, yaitu "Walaupun benar, masih dianggap kurang atau salah", dijalankan oleh GM.K.E.I. dengan meikul resiko semaikn banyaknya pimpinan Perguruan yang memilih menyerah tanpa syarat.