Atau ia tak ingin orang yang berhati kejam tertawa di atas penderitaannya.
Jika pun itu dibuka, kau mungkin hanya akan mengatakan "kasihan" atau "ah, untung saya tidak mengalaminya".
Atau yang paling kejamnya lagi kau berbisik dalam hatimu "makanya jadi orang jangan bla bla bla. Itu karmamu".
Padahal kita bisa berkata secara langsung atau dalam hati saja, "terima kasih sudah berbesar hati membagikannya. Sehigga saya menyadari bahwa sebenarnya tak ada alasan bagiku untuk tidak bersyukur".
Jadi jangan heran ketika banyak orang mengatakan "kisah itu sangat berlebihan".
Atau "dia hanya ingin mencari sensasi saja".
Atau "dia terlalu berlebihan menanggapi persoalan hidupnya".
Atau "tak ada kisah seperti itu. Itu hanya cerita karangan & khayalan saja"
Sehingga mereka memaknai hidup sebatas bangun tidur, makan, kerja & tidur lagi, lalu mati.
Atau berlomba menjadi yang terdepan dan lupa untuk melihat ke atas, ke bawah, ke samping kiri & kanan -- lupa saling mengasihi sehingga banyak hal yang sebenarnya istimewa yang terlewatkan dan bahkan tak mampu dipahaminya sebelum ia mengalaminya sendiri - lebih sibuk saling mencemooh.
Mereka tak tahu bahwa berjalan bersama menuju masa depan meski berbeda itu merupakan seni sesungguhnya dalam menjalani hidup -- kebahagiaan yang tak semu.