Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Bercerai Itu Tabu? (Bagian Tiga)

14 September 2020   18:36 Diperbarui: 14 September 2020   19:27 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lifestyle.okezone.com

<< Sebelumya

Bagian Tiga

Hari sudah gelap, ketika aku sampai di rumah. Saat ini rumah tampak gelap karena memang hanya ada aku sendirian yang di rumah, karena suamiku sedang bertugas di luar kota.  Sudah lima hari Suamiku berada di luar kota dan baru dua hari kedepan baru selesai tugasnya, itupun kalau target tercapai.

Setelah masuk ke dalam rumah, lampu-lampu segera aku nyalakan. Badanku terasa begitu letih dan kepala-ku terasa begitu pusing setelah bertemu Fani siang tadi. Fani adalah sahabatku dari semenjak aku masih memakai seragam putih abu-abu dulu.

Entah kenapa setelah mendengarkan cerita Fani tadi, saat ini aku begitu merindukan kehadiran suamiku. Andai saja Suamiku itu ada disini  mungkin aku akan langsung menceritakannya pada Suamiku, tentang Fani dan juga pendapatnya tentang Lelaki itu. 

Lelaki yang di mata semua orang terlihat begitu baik. Tapi, ternyata adalah seorang Monster yang telah berhasil membuat sahabat karibku tidak berdaya dan pelan-pelan hendak dia rubah menjadi Monster mengerikan, seperti dirinya itu.

Saat ini aku harus bersabar, sampai mendapatkan kabar dari suamiku yang sedang mencari rezeki di luar kota. Aku tau bahwa satu-satunya yang paling sering menjadi kendala bagi komunikasi kami hanyalah sinyal,  terkadang suka tidak ada disana.

Sambil menunggu suamiku menelpon, aku pergi ke dapur untuk merebus air. Entah kenapa di saat-saat seperti ini, ketika aku sedang merasa rindu pada Lelaki yang usia 4 tahun di bawahku itu, aku selalu ingin menikmati secangkir kopi susu. Ya, kopi susu, sebab aku tau bahwa minuman ini adalah minuman favorit Suamiku di pagi dan sore hari.

Melihat secangkir kopi susu hangat, aku pasti akan langsung teringat pada Lelaki yang kurang begitu menyukai air Galon itu. Makanya, walaupun aku sebenarnya dari dulu sudah terbiasa minum air Galon, tapi lama-lama aku menjadi terbiasa untuk meminum air yang selalu di masak terlebih dahulu.

Sambil menunggu air mendidih, kuambil cangkir dan menuangkan satu sendok teh Kopi Sidikalang yang memang sudah terkenal akan cita rasanya itu. Kopi Sidikalang setahuku memang sudah terkenal dari dulu, bukan hanya di dalam Negeri saja tapi bahkan sudah sampai ke luar Negeri.

Kata suamiku yang memang seorang penikmat kopi, katanya  saingan kopi Sidikalang ini adalah kopi Brazil. Salah satu kopi terbaik dunia. Kopi Sidikalang sendiri di beri nama dari nama daerah, yaitu ibu kota Kabupaten Dairi di Sumatera Utara.

Setelah air yang kumasak tadi mendidih, secara perlahan-lahan kutuangkan ke dalam bubuk kopi di dalam cangkir dan sebagai pengganti gula untuk pemanisnya kucampurkan 1 sachet susu kental manis, ku-aduk secara perlahan dan hem,.. aroma wangi kopi ini selain mengingatkanku kepada Lelaki yang kucintai itu, juga ternyata mampu membuatku sedikit lebih tenang saat ini.

Setelah selesai meracik kopi, kubawa secangkir kopi yang masih mengepulkan asapnya itu ke ruang tengah, ruang keluarga yang selama ini kupakai untuk bersantai sambil menonton TV.

Setelah menaruh cangkir kopi di atas Meja, sambil duduk kunyalakan TV, lalu menghirup secara perlahan uap dari kopi, seperti yang selama ini dilakukan Suamiku sebelum meminum kopi.

Sepertinya acara TV sedang tidak ada yang bagus saat ini, pandangan mataku tertuju kearah Handphone-ku yang terletak di sebelah cangkir berisi kopi susu. Ku-ambil Handphone-ku dan ternyata memang belum ada kabar dari Suamiku, mungkin disana Ia belum ada sinyal untuk menghubungiku di rumah.

Kubuka akun Medsos-ku dan tanpa sengaja aku kembali melihat postingan-postingan lama sahabatku. Postingan-postingan foto-foto Fani di akun Medsos-nya dulu. 

Jika melihat foto-foto Fani yang saat itu terlihat begitu bahagia bersama Suami dan Anak-anaknya, maka siapapun orangnya tidak akan pernah percaya dengan pengakuan Fani kepadaku siang tadi.

Selanjutnya>>

Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Aprianidinni.. Cerita ini berdasarkan pengakuan dari seseorang yang tidak ingin disebutkan nama aslinya, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu hanyalah ilustrasi semata untuk mempermanis cerita dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga tayang di secangkirkopibersama.com

Bahan bacaan: 1, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun