Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi Susu

27 Maret 2020   13:32 Diperbarui: 28 Maret 2020   05:55 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masak Malaikat takut meminum kopi, sih? Memangnya pernah ada Malaikat yang  meninggal karena keracunan kopi susu?" kata Lelaki setengah tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu  setengah bercanda, lalu tertawa lepas. Menertawakan Lelaki berpakaian putih di depanku yang sepertinya terlihat ragu--ragu untuk menyentuh cangkir berisi kopi susu di depannya itu.

Lelaki berpakaian serba putih itu melirik ke arah lelaki yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di depannya. Walau masih sedikit ragu. Lelaki berpakaian serba putih di depanku itu akhirnya mengambil cangkir berisi kopi susu yang barusan aku sodorkan ke depannya.

Sedikit tegang, dia dekatkan cangkir yang berisi kopi susu itu ke bibirnya. dan sruputt.

"Apa rasanya?" tanyaku sambil tersenyum lebar melihat ekspresi wajahnya.

"Enak." jawab lelaki berpakain serba putih itu sambil kembali meletakan cangkir yang berisi kopi susu itu di atas meja. Sambil mengelap bibirnya dengan ujung jubah putihnya dia mengangguk--nganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arahku.

"Aku masih penasaran dengan perkataanmu tadi, yang mengatakan bahwa saat ini ada yang lebih menakutkan dari pada ancaman masuk ke dalam Neraka. Dan anak--anak manusia saat ini sedikit enggan untuk memenuhi panggilan Surga di karenakan itu," tanya Lelaki tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di sampingku penasaran.

"Hemm... Coba lihat itu." kataku lagi sambil menunjuk ke arah rumah-rumah ibadah dan tempat--tempat hiburan malam yang saat ini terlihat begitu sepi.


Catatan: Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com dalam versi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun