Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Syahadat Cinta

25 Februari 2020   11:27 Diperbarui: 25 Februari 2020   16:57 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lapis langit kesatu. Di atas puncak gunung, di antara hamparan bunga-bunga keabadian. Di antara semilir angin yang hembusannya terasa dingin hingga menembus tulang. Di sebelah Sang Fajar. Kutatap wajah cantik wanita yang selalu mengenakan jilbab panjang berwarna hitam di depanku. 

"Di masa lalu engkau adalah bungaku. Bunga Mawar yang duri-durinya pernah melukaiku. 

Kita adalah anak zaman. Anak zaman yang pernah di pisahkan oleh jarak dan waktu, sesaat setelah aku mencoba untuk memetik kelopakmu.

Saat itu, aku ingin abadi bersamamu, hingga tanpa seizin Tuhan-ku, aku berani menyentuh kelopakmu. Kelopak mawar yang menurut Azazil adalah sumber keabadian untuk hidup abadi bersamamu. Hidup abadi di dalam istana kebahagiaan itu.

Empat puluh masa setelah engkau dan aku terusir dari tempat itu. Engkau dan aku terombang ambing di lautan rasa, hingga di sepertiga malam, di antara curahan air hujan, Tuhan mengutus Jibril untuk menemuiku. 

Di lautan rasa, atas izin Tuhan, jibril mengajarkanku cara untuk  memetik kelopak indahmu tanpa harus membuatku terluka akibat duri-duri yang mengelilingimu.

Di hari penyatuan antara batinku dan batinmu. Di hari setelah engkau dan aku menyadari kekhilafan kita atas segala dosa-dosa yang telah lalu. Dengan syahadat cinta yang telah di ajarkan Jibril kepadaku, kusentuh kelopakmu yang telah merekah dengan sempurna itu. 

Jangan takut untuk mencintaiku. Dan jangan pernah takut melukaiku dengan duri-duri yang tumbuh di sekujur tubuhmu. Lihat aku, lihat dirimu, lihatlah duri-duri yang selama ini ada di sekujur tubuhmu, saat ini, duri-duri yang ada di sekelilingmu itu telah habis dan tak tersisa lagi, setelah Tuhan mengampuni segala dosa-dosa masa lalumu.

Engkau bukanlah  bunga Mawar seperti yang dulu. Saat dimana Azazil berhasil memperdayai kita di masa lalu, sehingga kita terlempar keluar dan terusir dari dalam Surga. Saat ini engkau adalah Anaphalis javanica. Bunga Abadi yang di takdirkan Tuhan untuk tumbuh dan menemani Epiphyllum oxypetalum. Bunga Wijayakusuma yang telah lebih dahulu menemani hari-hariku. Engkau adalah Bunga Abadi yang tumbuh setelah Ratu malam mekar dengan sempurna atas izin Tuhan-ku.

Hari ini adalah hari dimana aku pernah menghapus air mata yang jatuh di kedua pipimu, disaat engkau tengah merasa bimbang karena melihat aku telah bersanding bersama Sang Ratu."

 "Mas, apakah dia akan menerimaku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun