Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramalan Sang Raja

23 Januari 2020   21:09 Diperbarui: 24 Januari 2020   10:49 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*****

Cerita yang akan kuceritakan padamu ini bukanlah tentang isi Ramalan Jayabaya. Ini hanya cerita tentang suatu masa setelah sepasang Bintang berwarna merah yang sinarnya paling terang di antara Bintang berwarna putih lainnya. Sepasang Bintang yang saat ini tengah di berikan sedikit 'kekuasaan' oleh Sang Raja. 

Boleh saja engkau beranggapan bahwa apa yang aku ceritakan ini adalah bagian dari salah satu masa yang pernah tertulis di dalam kitab ramalan Jayabaya. Seperti yang engkau tahu, ramalan Jayabaya terbagi dalam enam periode sejarah. Di mana setiap sejarahnya akan memakan waktu hampir seratus tahun lamanya.

Apakah engkau pernah membaca kitab yang berisi ramalan Jayabaya? Ramalan yang telah dituliskan ratusan tahun yang lalu oleh seorang raja yang adil dan bijaksana dari Kerajaan Kediri yang bernama Prabu Jayabaya. 

Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.

Sekarang dengarkan suaraku secara perlahan-lahan. Masuklah ke alam pikiranku dan katakan. 

"Rasamu adalah rasaku". 

Lihatlah keadaan di sekelilingmu dengan penglihatanku. Agar engkau mampu melihat dan merasakan apa yang akan aku ceritakan padamu.

*****

Apa yang engkau pikirkan? Apakah engkau masih teringat dengan semua ceritaku tentang sepasang Bintang berwarna merah yang sinarnya paling terang di antara Bintang- bintang berwarna putih lainnya, yang saat itu tidak pernah aku tuliskan secara utuh jalan ceritanya.

Apakah engkau tahu? Bahwa sepasang Bintang berwarna merah yang sinarnya paling terang di antara Bintang berwarna putih lainnya itu saat ini telah berhasil duduk di atas singgasana? Singgasana milik Sang Raja, di negeri yang pernah di ramalkan oleh seorang Raja sekian ratus tahun yang lalu bahkan sebelum para pendiri bangsa ini ada.

Apakah engkau percaya ramalan tentang akan datangnya satu masa penuh bencana?  Dimana Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang, laut dan sungai-sungai akan meluap ke daratan hingga akan menimbulkan banyak korban? 

Apakah engkau percaya? Bahwa masa yang di ramalkan sebagai masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan masa ketidakpedulian itu akan segera tiba? Masa di mana orang-orang licik akan berkuasa dan orang-orang baik akan tertindas. Apakah saat ini engkau merasa bahwa masa-masa seperti yang ada di dalam ramalan itu akan segera tiba?

*****

Di antara derasnya air hujan yang disertai kilatan cahaya petir. Curahan air hujan yang turun di malam pergantian zaman itu telah membuat lebih dari 31.000 warga mengungsi lantaran rumahnya terendam air hujan yang datang secara tiba-tiba. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban yang meninggal akibat bencana banjir di awal tahun 2020 ini setidaknya telah mencapai 40 orang. Dimana 30 di antaranya berasal dari Jabodetabek.

Tapi derasnya air hujan yang telah mengakibatkan bencana itu sepertinya tak mampu untuk memadamkan kobaran api yang masih terus membakar apa saja yang ada di dekatnya. Titik--titik api yang pada awalnya terlihat begitu kecil itu kini terlihat semakin membesar dan muncul di mana-mana. 

Di antara genangan air yang telah berhasil menenggelamkan seisi kota. Kabut hitam masih menutupi cahaya saat kedua mataku terpaku, melihat dua pemandangan yang berbeda. Di mana mata kiri-ku saat ini tengah melihat ribuan warga yang tengah mengungsi akibat curahan air hujan yang telah mengakibatkan bencana banjir di mana-mana. Sementara mata kanan-ku seperti tengah melihat sesosok bayi mungil yang tengah tertawa-tawa kegirangan terus berjalan, meninggalkan kobaran api dimana-mana. 

Di antara semburat cahaya merah yang berasal dari kobaran api yang masih terus menyala, di antara puing-puing reruntuhan bangunan milik rakyat jelata. Dari keremangan cahaya, bayi mungil itu terus berjalan tanpa menghiraukan keadaan orang--orang yang terus berlari ketakutan melihat api yang muncul dari setiap jejak yang di tinggalkannya. 

Ratusan bahkan mungkin ribuan orang yang terlihat begitu panik dan ketakutan itu terus berlari sambil berusaha menyelamatkan diri dan harta bendanya dari kobaran api.

Jauh sebelum Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengabarkan bahwa banjir besar yang mengawali pergantian tahun 2020 ini di perkirakan telah mengakibatkan kerugian hingga mencapai Rp5,2 T. Aku telah mengabarkan sebelumnya, bahwa banjir yang melanda di awal tahun 2020 ini hanyalah cerita pembuka dari kelahiran sesosok bayi berwarna merah membara yang di awal kelahirannya telah membakar ranting-ranting rapuh di sekitarnya.

Walaupun banjir yang melanda di awal tahun 2020 ini hanyalah satu di antara 11 banjir besar yang pernah menerjang kota Jakarta sejak 1918 yang lalu, Tapi apakah engkau tahu? Bahwa banjir yang terjadi di tahun ini jauh berbeda dengan banjir-banjir yang telah jadi sebelumnya?

Lihat itu. Bayi mungil yang saat ini tengah tertawa-tawa sambil terus bermain-main dengan api di tangannya. 

Bayi mungil berwarna merah membara itu menghentikan langkah kakinya. Sepertinya dia tahu jika ada orang yang tengah memperhatikannya.  Lihatlah. Dia memalingkan wajahnya kekiri dan kekanan seperti sedang mencari-cari sesuatu. 

Kenapa engkau matikan Rokok Klembak Menyan-mu? Apakah engkau takut dia akan melihatmu? 

Lihatlah tatapan mata liarnya. Tatapan maata liar yang saat ini tengah tersenyum menatap ke arahmu. Lihatlah barisan giginya yang tumbuh tidak sewajarnya. Lihat gigi taring-nya. Lihat bibir-nya yang masih belepotan darah setelah baru saja menghisap sampai habis darah ibunya. 

Lihatlah tangan mungilnya yang masih terus menggenggam sesuatu di tangan kanan-nya. Lihatlah ceceran darah yang masih terus saja menetes dari tangan mungil yang masih menggenggam sisa-sisa jantung ibu-nya. Jantung ibu-nya yang masih belum habis dia makan semua. 

Lihat sisa jantung milik seorang wanita malang yang telah mati tak lama setelah melahirkannya. Wanita malang yang menjadi jalan keluarnya ke dunia dengan cara merobek-robek perut ibunya. 

Sekali lagi perhatikan dan lihatlah baik-baik bayi berwarna merah membara yang saat ini tengah berjalan pelan menuju ke arahmu. Bayi hasil persetubuhan antara setan dan manusia yang seharusnya tidak pernah lahir ke dunia.  Bayi setan berwujud manusia yang terlahir dari dalam rahim seorang wanita paruh baya yang semakin tua semakin terlihat cantik jelita. 

Apakah engkau masih mengenali wajah Wanita malang yang saat ini telah mati mengenaskan, terkapar kehabisan darah di pinggir jalananan itu? Wanita malang yang pada saat terjadi Gerhana Bulan yang lalu telah di perkosa oleh seorang pria penyembah berhala. Penyembah berhala yang begitu menginginkan tahta Sang Raja.

Lihat aku di antara asap Rokok Klembak Menyan-mu dan lihat cangkir berisi kopi susu di hadapanmu. Menurutmu, apakah banjir di awal pergantian zaman, fenomena kehadiran sekelompok orang yang mengklaim sebagai kerajaan, kekaisaran yang terus bermunculan seperti Keraton Agung Sejagat.

Serta sekelompok orang yang menamakan diri sebagai Kekaisaran Sunda atau Kekaisaran Matahari atau yang lebih di kenal sebagai Sunda Empire yang menyebutkan bahwa Sistem pemerintahan dunia saat ini akan berakhir pada 15 Agustus 2020 itu tidak ada hubungannya dengan kehadiran sosok bayi berwarna merah membara di tempat ini?

Teguk dan habiskanlah sisa Kopi susu yang ada di depanmu. Rasakan aroma dan kenikmatannya sambil engkau tatap kedua mata bayi berwarna merah membara yang saat ini tengah berjalan pelan, mendatangimu sambil terus menatap kedua matamu. Rasakan amarahnya, rasakan dendam kesumatnya. 

Dari atas puncak Monas yang menjulang tinggi di angkasa,  dari kaki langit kota Jakarta. Aku hanya ingin engkau menyampaikan pesanku ini kepada semuanya, bahwa masa yang pernah di ramalkan itu akan segera tiba. 

Masa-masa suram. Masa-masa gelap penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan masa ketidakpedulian. 

Masa di mana orang-orang licik akan berkuasa untuk menindas orang-orang baik sebelum kedatangan Sang Raja. Raja yang pernah di ramalkan oleh Prabu Jayabaya sekian ratus tahun yang lalu akan membawa ke masa yang penuh kemegahan dan kemuliaan di Nusantara.


-Selesai-

Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Sumber bacaan : 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun