"Kenapa di belakang Mas, diam--diam engkau masih menemui dan tetap berhubungan dengan orang-orang yang katanya pernah memaksa dan menyakitimu?"
"Tidak!"
 "Apakah sebenarnya engkau ini menyukai saat-saat dimana mereka pernah menyakiti dan memaksamu seperti dulu?"
"Baiklah! Jika memang itu yang Mas ingin dengarkan dari mulutku. Aku akan katakan; bahwa dulu aku melakukan dengan mereka semua atas dasar suka sama suka. Puas!"
"Mas lebih suka mendengarkanmu berkata jujur seperti ini, dan itu lebih baik. Walaupun itu terasa begitu pahit. Tapi setidaknya Mas tidak merasa engkau bohongi setiap kali mendengarkan ceritamu, yang mengatakan bahwa engkau melakukan itu semua karena terpaksa.Â
Aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Sakitmu adalah sakitku dan sakitku adalah sakitmu. Tidak ada yang perlu engkau tutupi dan sembunyikan lagi dariku. Karena aku adalah cermin-mu.Â
Sayang..Â
Jangan pernah bermain kata dengan orang yang sudah memberikan separuh 'rasa' dan nafasnya itu padamu. Karena, saat ini aku mengenalimu sebaik aku mengenali diriku sendiri.Â
Di mata Mas, kejujuranmu itu jauh lebih berharga dari pada kecantikanmu saat ini. Mas sadar semua orang akan menua pada waktunya. Sebab tidak ada kecantikan yang abadi di dunia ini.Â
Jika ada lelaki yang mengatakan padamu; bahwa dia begitu mencintaimu karena kecantikan paras dan rupamu, maka bersiap-siaplah engkau untuk dia tinggal pergi setelah engkau menua dan terlihat tidak cantik lagi.
Menurutmu, apakah pak tua dan para lelaki yang selama ini selalu meminta tanda bukti cinta dengan memaksamu melakukan 'itu'. Apakah mereka benar-benar tulus mencintaimu?Â
Apakah pemaksaan itu yang engkau sebut dengan cinta? Jika alasanmu melakukan 'itu' atas dasar sama-sama mencintai antara satu dengan yang lainnya.Â
Jika mereka memang benar-benar mencintaimu, maka mereka pasti akan menjagamu dan juga harga dirimu dengan cara menikahimu, bukan dengan cara mencuri-curi kesempatan dan meminta bukti cinta seperti itu. Seperti saat mereka meminta 'layananmu' di dalam Mobil dan di tempat-tempat sepi lainnya."
"Saat ini aku sudah tidak memiliki 'rasa' apa-apa lagi dengan pak Tua itu. Dan masa lalu ku telah mati, bersamaan dengan saat aku memutuskan untuk melangkahkan kaki-ku ini menapaki 'jalan sunyi' bersama Mas. Jujur saja, saat ini aku sudah tidak perduli lagi dengan penilaian orang lain terhadapku.Â