Di dalam bangunan megah, di salah satu perumahan mewah milik kedua orang tuaku. Sambil menangis di pangkuan wanita yang telah membesarkanku, saat itu aku berkata kepada ibuku, bahwa Tuhan sudah berlaku tidak adil padaku.
Dan malam itu, di hadapan wanita yang telah melahirkanku, aku berteriak lantang, bahwa lebih baik aku mati atau aku akan mencari Tuhan selain Tuhan yang selama ini aku sembah, jika ternyata Tuhan yang selama ini aku sembah itu sudah tidak lagi mampu mengabulkan permintaanku.
Di hadapan kedua orang tuaku, malam itu aku bersumpah untuk menghabisi nyawa orang-orang ketiga yang telah membuatku merasa begitu terhina. Sebab ini bukan masalah karena aku tidak mampu mendapatkan wanita lain yang jauh lebih cantik  dari pelacur yang telah menghianatiku itu. Tapi ini soal harga diri dan nama baik keluarga besarku di kota ini.
Dan yang harus kau lakukan nanti hanyalah membuatnya masuk berita, tak lama setelah kau berhasil menghabisi nyawa nya, aku pastikan bahwa kau akan bisa pergi ke tempat dimanapun yang kau suka."Â
Anak pengusaha kaya raya itu tersenyum penuh arti ke arahku.
"Menurut orang kepercayaan Charles, orang yang telah memberikan nomor handphone-mu kepadaku. Kau termasuk 1 di antara 3 pembunuh bayaran berdarah dingin terbaik yang ada di negeri ini. Dan menurut orang kepercayaan Charles itu kau selalu berhasil di dalam menjalankan misi mu serta tidak pernah mengecewakan orang yang pernah memberikan nomor kontakmu itu kepada orang-orang yang membutuhkan jasamu, seperti aku."
Sambil tersenyum menatapnya, ku anggukan kepalaku ke arah lelaki yang baru saja menaruh segepok uang di depanku sebagai isyarat bahwa aku menyetujui permintaannya itu.
****
"Koran..koran.. Tabrakan beruntun di KM 91 Jalan Tol Cipularang melibatkan 5 kendaraan. Kecelakaan maut tersebut diduga akibat satu truk kontainer mengalami rem blong lalu menghantam mobil yang berisi anak seorang pengusaha kaya dan paling berpengaruh di  kota ini,"
Suara anak lelaki berusia sekitar 13 tahun itu mengusik telingaku. Setelah merogoh saku celana, kuberikan lembaran uang lima ribuan kepada penjaja koran yang tengah menyodorkan lembaran koran milik salah satu media ternama itu kepadaku.
Sambil menikmati irama musik di dalam mobil bus antar provinsi yang kini tengah membawaku meninggalkan kota yang terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar di wilayah pulau jawa bagian selatan itu, perlahan ku luruskan kedua kakiku untuk merenggangkan persendiannya.