Ditatapnya pintu kamar anak lelakinya yang saat ini tengah tertidur pulas di dalam kamarnya. Saat ini dia seperti tengah dipaksa untuk memakan buah simalakama. Ingin rasanya berteriak dan menangis sekeras-kerasnya. Tetesan air mata mengalir dan semakin deras membasahi kedua pipinya saat mengingat perjuangannya mempertahankan rumah tangganya.
Di ruang tengah, ruang TV yang sekaligus menjadi ruang keluarga, di atas kasur tipis Palembang, sekali lagi ditatapnya sepasang mata sembab di hadapannya, yang baru malam ini, berani mengatakan yang sejujurnya mengapa dia ingin berpisah dengan dirinya.
Untukmu yang tengah berduka, yakinlah sesudah kesulitan ada kemudahan.
Catatan : Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H