Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Wanita Cantik di Hutan Larangan

28 Agustus 2019   19:19 Diperbarui: 29 Agustus 2019   16:51 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

Di jalanan setapak di dalam Hutan larangan. Di antara derasnya air hujan, di atas tanah yang sedikit berumput dan lembab, di sebelah batang kayu besar yang di penuhi lumut, aku dan wanita cantik berkulit kuning langsat ini jatuh berhimpitan.

Sekian lama aku dan wanita cantik ini terdiam, saling pandang antara satu dengan yang lainnya. Dalam gigil kedinginan, tubuhku dan tubuh wanita cantik ini menyatu dalam kehangatan. Aliran darahku yang awalnya terasa membeku ini seperti mencair kembali. Irama jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, dadaku yang sudah tidak berbaju ini menghimpit sepasang benda bulat dan terasa begitu kenyal milik wanita cantik di bawah himpitan tubuhku ini. Cukup lama aku dan wanita cantik ini terdiam, bibirku dan bibir wanita cantik ini hampir bersentuhan saat jatuh berhimpitan.

Dalam diam, wanita cantik yang tengah menatap kedua mataku ini seperti merasakan apa yang sedang aku rasakan saat ini. Detak jantungnya kurasaakan bergerak mengikuti irama detak jantungku saat ini. 

Sambil terus menatap kedua matanya yang saat ini juga tengah menatapku, dalam diam, kurasakan getaran birahiku mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Membekukan akal sehat dan juga pikirannya, hingga dalam diam, dia hanya mampu menatapku. Hembusan nafasnya seperti mengajak nafasku untuk berpacu dengan nafasnya. 

Dalam diam, tatapanku dan tatapan matanya saling berbicara antara satu dengan yang lainnya. Kedua mataku seakan mampu berbicara dengan matanya. Tanpa perlu bibir ini mengucapkannya. 

Seperti tahu apa yang ada di dalam pikiranku, wajah pucat wanita cantik yang sebelumnya menggigil kedinginan ini merah merona, sambil menggigit bibirnya dia palingkan wajahnya ketempat yang lainnya, membiarkan mataku ini semakin liar menjilati wajah cantiknya, tanpa ada keinginan untuk menyingkirkan tubuhku ini dari atas tubuhnya.


****

Suara petir yang menggelegar di antara tetesan air hujan menyadarkan aku dan wanita cantik berwajah sedikit pucat ini, bahwa sedari tadi kami hanya berdiam di atas tanah basah di dalam Hutan larangan yang begitu lembab ini.

"Yuk kita berteduh di dalam pondok itu," kataku pelan, pada wanita cantik di bawah himpitan tubuhku ini, sambil kembali mengatur jalan nafasku dan berusaha menahan gejolak birahi. Jujur saja saat ini aku begitu menginginkan kehangatan tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun