Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Wanita Cantik di Atas Sampan

25 Agustus 2019   16:20 Diperbarui: 4 September 2019   14:59 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut abah khosim, salah satu orang yang paling di tua-kan di kampung ini, dahulu di dalam sungai ini ada Raja Ikan Tapah, menurutnya, tubuh ikan Tapah itu lebih besar dari ukuran sampan yang tengah aku bawa ini.

Oleh pendiri desa ini, sungai yang menjadi jalan utama menuju ke desa ini di namakan dengan nama Sungai Tapa. Di ambil dari nama Raja Ikan Tapah. Sejalan dengan nama desa ini yang juga di beri nama Desa Raja Tapa.

Langit yang terlihat mendung sejak pagi itu tiba-tiba saja menurunkan airnya ketika sampan yang tengah aku kemudiakan ini sudah berada di tengah-tengah Sungai Tapa ini. Hujan lebat yang turun di iringi dengan suara petir yang menggelegar itu membuat wanita cantik berkacamata ini panik dan ketakutan sekali berada di atas sampan di tengah-tengah sungai ini.

Aku berusaha untuk menenangkannya dan berusaha untuk tetap terlihat tenang di depannya. Arus sungai begitu deras hingga membuat dayung yang aku pergunakan untuk menyeimbangkan sampan ini patah menjadi dua bagian. Praktis saat aku tidak mampu lagi mengendalikan arah sampan ini.

Sampan yang aku dan wanita cantik naiki ini terseret arus hingga semakin menjauh dari tujuan awal yang hendak pergi ke arah sekolah tempat wanita cantik ini mengajar selama ini.

Masih terombang-ambing di atas sampan, sebelum hujan deras betul-betul membasahi tubuh wanita cantik yang berasal dari kota itu, aku segera memberikan jas hujan milikku kepada wanita cantik di depanku ini.

Dengan jas hujan pemberianku, kulihat dia berusaha menyelamatkan tas dan juga peralatan elektronik-nya agar tidak sampai kebasahan terkena air hujan.

Arus sungai semakin deras, dengan pendayung sampan yang telah patah menjadi dua bagian, aku terus berjuang agar sampan ini tidak sampai terbalik akibat terseret arus sungai yang begitu deras ini.

Melihat sampan yang tengah di naikinya itu terbawa arus, wanita cantik berkacamata ini menangis sesegukan sambil terus menatap ke tepian sungai yang semakin menjauh dan ke arahku yang tengah berusaha agar sampan yang kami naiki ini tidak sampai terbalik apalagi tenggelam ke dasar sungai Tapa ini.

Sampan terus meluncur mengikuti arus sungai yang deras ini. Wanita cantik berkacamata yang mengenakan rok panjang berwarna hitam, di padu dengan baju atasan berwarna putih itu kulihat mulai menggigil kedinginan saat baju yang di kenakannya mulai basah semua. Dari baju basah yang di kenakannya, bisa kulihat dengan jelas bentuk dan lekukan tubuhnya. Jas hujan yang tadi kuberikan, hanya dia pakai untuk membungkus tas dan peralatan elektronik-nya. Jujur saja aku merasa kasihan melihat wanita cantik yang saat ini tengah menggigil kedinginan ini.

Cukup jauh sampan yang kami naiki ini terbawa arus hingga ke hilir sungai Tapa ini. Saat sudah berada di tempat pertemuan dua arus dari dua  sungai yang berbeda ini, kulihat arus sungai sudah tidak sederas tadi, setelah laju sampan sedikit melambat, karena berada di perairan sudah lebih tenang dari sebelumnya, aku putuskan untuk terjun ke dalam sungai, lalu sambil berenang aku coba mendorong sampan ini ke tepian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun