Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Syair-Syair Kematian

20 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 22 Juli 2019   08:19 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat itu, itu adalah salah satu hasil bait-bait syair miliknya.” Kata Bidadari kuning emas sambil menunjuk ke arah lubang hitam di tengah-tengah langit yang terbelah itu.

“Dewi Kematian?” Gumam 1919 sambil menatap wajah Bidadari kuning emas di dalam dekapannya itu.

“Dewi Kematian adalah seorang penyair yang sudah meninggalkan dunia Syair ini karena dendam kesumat dan kesedihan yang begitu mendalam tatkala Pria pujaan hatinya itu lebih memilih wanita lain di bandingkan dirinya saat itu. Dan sebelum pergi meninggalkan dunia Syair ini, dia telah memberi kutukan pada bait-bait syair ciptaannya itu. 

Dan saat ini bait-bait syair kutukannya itu telah di gunakan oleh Pria Bertopeng untuk membunuh dan menghancurkan dunia Syair ini.

Lihatlah mereka-mereka yang telah menjadi korban keganasan bait-bait syair kematiannya.” Jawab Bidadari kuning emas sambil menunjuk ke arah tumpukan mayat di bawah kaki Pria Bertopeng yang saat ini tengah berdiri sambil menatap tajam ke arahnya.

Di antara angin yang bertiup kencang, di atas reruntuhan bekas bangunan dan di antara darah-darah yang mengalir dari mayat-mayat yang bergelimpangan bersama reruntuhan bekas bangunan dunia Syair, Pria Bertopeng kembali mengucapkan bait-bait syair kematian sambil mengangkat kedua tangannya di bawah lubang besar berwarna hitam di tengah-tengah langit yang terbelah dua.

“Sudah tiba saatnya sangkakala di tiupkan. Dan sudah tiba waktunya bahwa Bumi dan gunung-gunung akan di benturkan. Dan sudah di takdirkan hari ini langit terbelah menjadi dua bahagian. Telah tiba kematianmu di hari yang pernah di janjikan.” 

Bidadari kuning emas semakin memeluk erat tubuh 1919 ketika cahaya hitam yang berasal dari dalam lubang besar di tengah-tengah langit yang terbelah itu perlahan-lahan mulai bergerak kearah dimana 1919 dan Bidadari kuning emas itu berdiri sambil berpelukan antara satu dengan yang lainnya. 

“Lihat itu Mas, lihat sisa-sisa reruntuhan bangunan dan pohon-pohon kehidupan yang tadi telah tumbang akibat di terpa angin kematian saat ini hancur lebur terkena sambaran cahaya hitam yang berasal dari dalam lubang hitam itu. Kiamat telah tiba, dunia Syair sebentar lagi hanya tinggal nama. 

Maafkan aku, Mas. Pada akhirnya engkaupun harus mati bersamaku di dunia Syair ini. Mas, aku mencintaimu.” Rintih Bidadari kuning emas sambil menangis sesegukan, bersiap menanti ajal bersama Pria yang di cintainya itu di tangan Pria Bertopeng di dalam dunia Syair ini.

“Tidak! Ini bukan kiamat seperti yang pernah di kabarkan oleh kitab suci itu, ini hanya bencana akibat dendam kesumat yang tidak terbalaskan dulu! dan aku tidak pergi meninggalkanmu sendirian di tempat ini. Jika memang aku harus berakhir di tempat ini, aku iklas mati bersamamu.” Kata 1919 pelan sambil mengecup kening Bidadari kuning emas di dalam dekapannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun