Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Syair-Syair Kematian

20 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 22 Juli 2019   08:19 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1919 tahu, sebenarnya bait-bait syair kematian itu di ciptakan oleh Dewi Kematian untuk membunuh dirinya karena dahulu dia lebih memilih Bidadari kuning emas yang saat ini tengah memeluk erat tubuhnya sambil memejamkan kedua matanya siap mati bersama lelaki yang begitu di cintainya itu.

---

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan-nya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-nya, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaan itu melewati batas.” (SURAT : AL KAHFI Ayat 28).

Di antara hembusan angin yang bertiup kencang, di bawah langit yang menghitam, sebelum cahaya hitam yang berasal dari dalam lubang hitam di tengah-tengah langit yang terbelah itu menyapu tubuh 1919 dan Bidadari kuning emas yang sudah pasrah menerima ajal di tempat ini, tiba-tiba saja terdengar suara di atas langit dunia Syair bersamaan dengan munculnya seberkas cahaya putih keperakan yang langsung menghantam cahaya hitam yang berasal dari lubang hitam yang tercipta dari kekuatan bait-bait syair kematian.

BOOM! 

Bumi kembali berguncang hebat untuk yang kesekian kalinya. Bersamaan dengan suara letusan saat beradunya cahaya putih keperakan dan cahaya berwarna hitam di atas langit dunia Syair, tubuh Pria Bertopeng itu terbakar lalu berubah menjadi asap dan menghilang bersamaan dengan tertutupnya kembali lubang besar di tengah-tengah langit yang terbelah. 

****

Dunia Syair sunyi senyap, saat ini suasana begitu hening, angin bagaikan berhenti, air nyaris tak beriak, yang terdengar saat ini hanyalah suara sesegukan Bidadari kuning emas yang tengah menangis karena baru saja berhasil lolos dari kematian. 

“Jangan menangis, engkau tidak sendirian ada aku yang akan selalu menjagamu di tempat ini.”

Suara 1919 terdengar pelan di antara suara tangisan Bidadari kuning emas di tempat ini. 


-Sekian-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun