"Pulanglah duluan, Mas. Aku masih ingin sendirian di tempat ini."
"Tidak, Hanna. Kita pulang sekarang! Aku tidak ingin calon istriku kenapa-kenapa sendirian di tempat ini."
Suara lelaki itu terdengar begitu tegas menyuruhmu beranjak dari tempat ini, tapi aku tahu, kamu adalah gadis keras kepala yang hanya mau mendengarkan omonganku.
"Tinggalkan aku sendirian, Mas! Dari dulu aku selalu berada di sini dan tidak ada orang yang pernah menggangguku di tempat ini."
Sayang,
Saat itu nada suaramu kudengar sedikit meninggi, ketika lelaki itu mengajakmu pergi. Sambil memandang Yudha yang perlahan-lahan pergi meninggalkanmu sendirian di tempat ini. Jujur saja saat itu aku ingin sekali menghampirimu yang sedang berdiri seorang diri, di tempat dimana biasa aku dan kamu selalu duduk berdua di tempat ini. Tapi aku sadar, menghampirimu saat itu bukanlah keputusan yang baik buat aku dan kamu. Kerinduan, dan keinginan untuk memelukmu aku tahan seorang diri. Karena aku sadar, apa yang aku lakukan, saat itu semata-mata demi kebaikanmu. Aku tidak ingin orang-orang yang aku sayangi itu akan menjadi buruan dari orang-orang yang akan kuceritakan padamu nanti di dalam surat ini.
----------------------------------
-Bersambung-
Selanjutnya :Â Bagian DuaÂ
Catatan : Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga tayang di sini dalam rangka untuk merawat cerita.