"Apakah kau masih punya hati?" Tanyamu mengiring tunjuk pada sebongkah genggaman dalam tanganku.
Punya. Ini adalah hati yang dulu pernah kuberikan padamu.
"Iya betul, ini adalah hatimu. Tapi kenapa masih utuh seperti dulu? Kenapa tidak ada bekas luka ataupun noda darah di situ?
Padahal setiap kali aku berhasil menghujamkan pisau belatiku ini tepat di dadamu. Aku yakin sekali, bahwa ujung pisau belati ini juga ikut melukai hatimu.
Kenapa hati itu sama sekali tidak ada yang berubah ataupun ada bekas luka disitu?
Padahal ujung pisau belati ini sudah berkali-kali melukai hatimu itu?
Kenapa engkau hanya diam setiap kali aku berhasil melukai hatimu itu dengan ujung pisau belatiku ini?"
Karena aku tidak ingin engkau mengetahui, semua rasa sakit yang aku alami setiap kali engkau berhasil menghujamkan pisau belatimu itu ke dadaku ini.Â
"Apakah aku telah menyakitimu?"
Aku tidak tahu.
"Kenapa?"