Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[ADSW] Pusaka Kalimosodo

23 Juni 2019   19:19 Diperbarui: 23 Juni 2019   20:18 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini aku dan wanita cantik, yang dulu pernah mengenalkan dirinya padaku bernama Raden Ayu Setia Ninggrum, tengah berada di pinggir sungai yang airnya begitu jernih dengan bebatuan yang terlihat jelas di dalamnya. 

Di antara suara air sungai, sayup-sayup aku coba simak kata demi kata dari tembang yang tengah di nyanyikan oleh lelaki tua di pinggir sungai itu.

Aku terus berjalan mengiringi langkah kaki wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu. Sambil berjalan, sekali lagi kuperhatikan lelaki yang mengenakan blangkon, serta mengenakan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan lurik dengan motif garis-garis panjang yang saat ini tengah menyenandungkan tembang dalam bahasa Jawa itu.

*****

"Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh ya kanjeng Sunan." 

Kudengar wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun itu, mengucapkan salam pada lelaki, yang tengah duduk di bawah pohon rindang di pinggir sungai.

"Wa 'alaikumus salam wa rahmatullahi wabarakatuh" 

Jawab lelaki yang tengah duduk di bawah pohon besar sambil menghentikan nyanyian tembangnya sambil berpaling ke arah aku dan sang Ratu  yang berdiri tidak jauh dari batu pipih besar yang sedang di dudukinya itu. 

Kutatap seraut wajah teduh yang sudah tidak terlihat begitu asing di mataku itu.

"Kek.." Secara spontan aku memanggil lelaki tua yang berwajah teduh itu dengan sebutan kakek. Lelaki berwajah teduh itu tertawa sambil melihat ke arahku dan wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun yang berdiri di sampingku.

"Iyaa, dia adalah sahabat tuamu yang dulu pernah memberikan sehelai kain lusuh padamu, sebelum Sang Waktu mengantarkanmu pergi menemuiku di puncak Monas." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun