"Aku masih tidak paham dengan ucapanmu!"
"Tubuh luarmu selama ini memang telah terbungkus hijab yang terlihat seolah-olah sudah menutupi semua aurat di tubuhmu, tapi tidak hatimu! Apakah hijab yang selama ini engkau kenakan untuk menutupi tubuh luarmu itu sudah mampu membuatmu menolak setiap ajakan mesum dari lelaki yang selama ini selalu mengajakmu untuk kembali melakukan zina itu?"
"Tidak!"
"Karena di mataku dirimu saat ini terlihat benar-benar telanjang bulat di depanku. Tidak kutemukan sehelai benangpun yang menutupi aurat tubuhmu. Tubuh luarmu saat ini terbungkus oleh hijab yang selalu engkau kenakan di dalam keseharianmu, tapi tidak dengan hatimu. Apakah engkau bersedia kupasangkan hijab dan cadar di dalam hatimu?"
"Iya."
"Senja, sekali lagi aku ingin bertanya padamu. Di jalan sunyi ini, atas izin Tuhanku dan Tuhanmu yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bersediakah engkau memakai hijab dan cadar hati yang akan kuberikan untuk menutupi semua aurat di tubuhmu?"
****
-Bersambung-
Catatan: Cerita ini terinspirasi dari Puisi | Cadar Hati Pemberianmu' Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan gambar, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H