Lihat tubuhmu, lihat tampilan luarmu. Saat itu engkau terlihat seperti layaknya perempuan lainnya. Di luar rumah engkau selalu memakai hijab, yang di mata sebagian orang yang tidak betul-betul mengenalmu, dimata mereka apa yang engkau kenakan itu adalah untuk menjaga aurat tubuhmu dari pandangan mata pria-pria nakal yang bukan Mahram -mu. Padahal semua itu hanyalah topeng yang mereka pakai untuk menipu orang-orang yang ada di sekelilingmu.
Di sepertiga malam, di saat engkau tengah sendirian, di saat setan-setan yang ada di dalam dirimu itu pergi, engkau menangis, menjerit penuh sesal merasa diri kotor dan merasa sendirian. Di kesunyian malam engkau menangis di hadapan Tuhan.
Di depan cermin besar engkau sering bertanya; "Siapa aku?" pada dirimu sendiri, dan di keheningan malam engkau sering menangis seorang diri tanpa ada seorangpun yang tahu.Â
Di kesunyian malam diam-diam engkau ingin melepas dan membuang hijab yang selalu engkau kenakan. Sebab dirimu sadar bahwa hijab dan gelar hajjah yang selama ini engkau kenakan itu hanyalah 'topeng' yang selama ini di pakai oleh para setan untuk menutupi keberadaan mereka di dalam tubuhmu.
Di keheningan malam, di hadapan Tuhan, di kala engkau tengah mencurahkan semua rasa sesalmu di hadapan Tuhan, atas izin Tuhan kita di pertemukan.Â
Dan di jalan sunyi kita sering berbincang, di hadapan Tuhan, dulu engkau pernah meminta agar kita di pertemukan di alam nyata. Dan waktu itu diriku yang lain berkata, "Belum saatnya engkau dan aku di pertemukan,
"Kenapa?" tanyamu waktu itu.
"Karena rumah yang engkau tempati ini masih terlalu ramai buatku," kataku waktu itu, " Dan waktu itu engkau berkata; "Aku ingin mereka semua pergi! Jadi tetaplah disini, bersamaku di tempat ini dan jangan tinggalkan aku sendirian di tempat ini," katamu sambil memegang erat tanganku, berharap aku tidak pergi meninggalkanmu.
"Jika itu maumu,maka akan kupasangkan hijab dan cadar di hatimu."
"Aku selalu memakai hijab di dalam keseharianku."
"Bukan hijab itu yang aku mau."