****
“Kenapa engkau berpikir aku bisa mengobatimu? Aku bukan dukun.” Kataku pelan. Jujur saja darahku sempat berdesir mendengar kata-katanya barusan. Otak kiriku langsung bekerja. Mana ada lelaki normal menolak di ajak ‘begituan’ sama wanita cantik yang memiliki senyuman begitu menggoda ini.
“Aku sudah jenuh dengan semua ini. Dan sebelum bertemu dengan Mas malam ini. Malam itu setelah Shalat istikharah untuk meminta petunjuk pada Tuhan-ku, aku tertidur pulas di atas sejadah, dan entah kenapa aku begitu yakin bahwa Mas adalah sosok Binatang jalang yang sering mendatangiku di antara keremangan cahaya malam itu. Binatang jalang yang sering mendatangiku di sepertiga malam. Dikala aku curahkan kepasrahanku pada Tuhan, di saat aku menangis diam-diam, di saat aku merasa begitu malu pada Tuhan. Saat itu aku tidak benar-benar mampu melihat sosok Binatang jalang itu. Sosok itu seperti berada di dalam tirai, dan pandangan mataku ini tidak mampu melihat dengan jelas wujud asli sosok yang mengaku sebagai Binatang jalang itu.”
Baca juga : [AdS] Bidadari yang Terabaikan
“Terus?”
“Saat itu aku begitu ingin melihatnya, tapi dia terus berjalan pergi meninggalkanku sambil berkata bahwa kelak akan ada seorang anak muda yang akan datang menemuiku. Dan anak muda itulah yang kelak akan mengantarkanku ketempat kediamannya nanti.”
“Hemm,”
“Pertemuanku tanpa sengaja dengan Binatang jalang itu adalah ketika dulu aku begitu merasa asing dengan diriku sendiri, hingga akhirnya tanpa sepengetahuan suami dan dukun yang pernah mengobatiku itu aku pergi menjumpai seorang Kyai. Dan oleh Kyai yang kudatangi itu aku di suruh melakukan Shalat istikharah untuk meminta petunjuk pada Tuhan-ku selama 40 hari lamanya dan itu harus di kerjakan setiap pukul 03.00 WIB. Dan kata Kyai yang memintaku untuk melakukan Shalat istikharah itu katanya jika Tuhan mengizinkan, maka akan ada Siluman yang akan menemuiku melalui mimpi. Dan jika Siluman itu bersedia menolongku, mudah-mudahan dia bisa mengusir Siluman-siluman yang saat ini tengah mendiami tubuhku.
Kata Kyai yang ku temui itu, hanya Siluman yang datang pas di hari pernikahanku itu yang bisa mengusir semua Siluman-siluman yang saat ini tengah mendiami tubuhku itu.” Katanya lagi.
“Terus, apa hubungannya denganku?”
“Mas adalah orang yang datang menemuiku pas di hari dan tanggal pernikahanku.” Katanya lagi sambil menatap lurus kedua mataku dalam-dalam, tatapan dan nada bicaranya begitu serius, sepertinya tidak main-main!
“Geblek!”
Pikirku. Jadi dia menyangka aku ini adalah Siluman! Jujur saja aku memang jarang Shalat lima waktu. Tapi jelek-jelek begini, aku ini masih manusia tulen. Kakiku saja masih menginjak tanah ketika berjalan, tubuhku masih basah ketika kehujanan, dan perutku masih merasakan lapar kalau pas lagi puasa karena tidak ada yang mau di makan. Aku bingung dan tidak tahu mau ngomong apa lagi pada wanita aneh di depanku ini.
Cukup lama aku diam. Sambil menghisap sebatang rokok yang baru saja kubakar, sambil menghembuskan asapnya pelan-pelan, aku mulai berpikir. Jika mengikuti nafsu binatang yang ada di dalam diriku, bisa saja saat ini kubilang bisa mengobatinya dengan syarat aku harus menyetubuhi tubuh moleknya itu terlebih dahulu. Tapi entah kenapa, sepertinya saat ini Setan pun sedang tidak ingin dekat-dekat denganku. Bukti-nya, saat ini aku cuma duduk dan diam.
Masih seperti setengah tidak percaya dengan apa yang barusan ku dengar itu. Seperti mimpi! Wanita cantik yang tampak santun di depanku dari semenjak pertemuan pertama dengannya dulu, tiba-tiba saja malam ini bilang kalau dia bersedia aku setubuhi saat ini. Api rokok yang barusan ku-sundutkan ke kulitku masih terasa panas! dan kulitku masih terasa sakit, memerah, mungkin sedikit melepuh. Berarti aku tidak sedang bermimpi saat ini
“Setelah pertemuan kita setahun yang lalu di tempat ini. Aku sering bermimpi Mas menyetubuhiku, lalu mantan-mantanku dan beberapa temannya itu datang, mereka marah! Lalu berubah menjadi beberapa wujud hewan. Ada macan dan lain-lain. Mereka menerkam Mas, dan tiba-tiba saja Mas juga berubah menjadi seekor Harimau, lalu Harimau itu menerkam dan memakan para binatang jejadian itu.
Kemarin sebelum menghubungi Mas, aku ceritakan semua mimpi yang ku alami itu pada suami-ku, dan dia minta aku untuk melakukan Shalat istikharah, meminta petunjuk, agar kami di beri pilihan yang terbaik nantinya. Dan dia iklas, seandainya kita harus melakukan itu, dia rela melakukan apapun, asalkan aku tidak pergi meninggalkannya.”
Wanita cantik berkulit kuning langsat ini menceritakan semua mimpinya barusan sambil melihat ke arahku yang masih terdiam sambil memainkan rokok di jari-jari tanganku.
“Mantan-mantanmu? Apakah pacarmu banyak?” tanyaku lagi karena ingat dia barusan menyebut mantan-mantanku datang.
“Setelah pengobatan dukun yang di lakukan di dalam kamar anak gadisku itu aku jadi berubah liar, memang setelah itu aku tidak berteriak-teriak minta pisah dari suamiku lagi. Tapi aku jadi seperti asing dengan diriku sendiri saat itu.”
“Memangnya apa yang telah di lakukan oleh dukun itu di dalam kamar anak gadismu waktu itu?”
“Saat itu di dalam kamar anak gadisku itu dia mintaku untuk meminum sperma-nya setelah sebelumnya dia memintaku untuk melakukan Seks oral dengannya. Sementara suamiku itu menunggu kami di luar kamar.”
Kutatap wajah wanita berkulit kuning langsat di depanku ini dengan pandangan seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar keluar dari bibir mungilnya itu.
“Saat itu aku ingin muntah! ketika untuk yang pertama kalinya di minta oleh dukun itu untuk meminum air sperma-nya itu. Tapi apa boleh buat. Lelaki yang telah menikahi ku itu, saat itu memintaku untuk menuruti apa saja permintaan dukun yang ingin mengobatiku waktu itu. Saat itu dia telah menjadi gila setelah mengusir mantanku itu, aku sering murung sendirian di dalam kamar dan selalu memintanya untuk menceraikan aku. Dia berpikir aku telah di guna-gunai oleh mantan pacarku itu. Dan saat itu dia begitu takut kehilanganku hingga akhirnya dia mau melakukan apapun itu asalkan dia tidak kehilanganku.”
“Dan setelah meminum sperma dukun itu, apa engkau bisa melupakan mantan pacarmu itu?”
“Tidak! Bahkan setelah kejadian itu aku menjadi begitu binal, setelah kejadian itu aku merasa diriku ini begitu hina di mata suami dan dukun yang sudah memperlakukanku seperti seorang pelacur itu!”
“Hemm..Terus?”
“Tak lama setelah di ‘obati’ oleh dukun di dalam kamar anak gadisku itu, aku dapat kabar bahwa mantanku itu meninggal dunia, tapi setiap malam jum’at aku selalu bermimpi di datangi oleh mantan pacarku itu. Dan dia selalu menyetubuhi-ku di setiap kedatangannya itu.”
“Apa benar engkau mau melakukan apapun yang aku minta?” tanyaku sambil tersenyum menatapnya. Wajahnya bersemu merah. Sepertinya dia sudah menebak apa yang bakal aku utarakan nanti. Kutatap wajah wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku ini, dan entah kenapa tiba-tiba saja aku berfikir iseng. Bahkan sedikit jahil menurutku.
”Aku bersedia, yang penting aku bisa lepas dari semua ini! Aku takut juga jenuh. Semenjak aku mimpi di setubuhi oleh almarhum mantan pacarku itu, aku seperti wanita murahan yang dimana aku berada, selalu saja ada lelaki hidung belang yang ingin menyetubuhi-ku ” Katanya pelan, sambil menunduk, menahan tangis sekaligus amarah, mukanya makin memerah bak udang rebus.
“Sekalipun melakukan seperti apa yang kita lakukan seperti di dalam mimpimu itu?” kataku lagi sambil tersenyum menatap ke arahnya yang kulihat sedikit jengah dan malu-malu itu.
“Iya,” jawabnya pelan. Wajahnya memerah, antara pasrah dan sedikit lupa akan perbuatan dosa.
“Jujur saja. Setelah pertemuanku denganmu setahun yang lalu, aku pun sering melihatmu tengah berada di dalam kamar mandi, mengenakan pakaian tipis hingga aku sepertinya bisa melihat dengan jelas bentuk kemaluan-mu.” kataku lagi. Sambil menatap wajahnya yang walaupun pasrah tapi masih menyimpan rasa malu, ketika ada lelaki lain yang bukan Mahram -nya mengatakan kalau dia sudah melihat bentuk ‘kemaluan’nya itu.
Wanita berkulit kuning langsat ini menatapku, tersenyum malu-malu. Dan tiba-tiba dia bangkit, mendekat, lalu duduk di sebelahku.”Aku akan turuti apapun permintaan Mas, asalkan itu bisa menyembuhkanku.” Katanya lagi sambil duduk di sebelahku, setengah berbisik malu-malu ke telingaku.
"Suamimu nggak akan marah, seandainya dia tahu kita melakukan itu?” tanyaku pelan, setengah berbisik di telinganya.
”Aku tidak tahu! Yang aku tahu, dia begitu takut kehilanganku, dan rasa takut yang berlebihan itu sudah membuatnya kehilangan akal sehatnya dimataku.” Katanya lagi setengah berbisik di telingaku. Pipinya memerah, ada nada kemarahan di situ.
“Bagaimana jika aku ingin melakukan itu di sebelah suamimu?” tanyaku lagi, sambil tersenyum lebar, setengah menggodanya.
Dia kaget, mukanya merah padam. Tidak bisa berkata apa-apa lagi mendengar kata-kataku barusan, dan tiba-tiba saja dia menangis sesegukan. Aku jadi merasa tidak enak sendiri. Dan entah kenapa tiba-tiba aku begitu berani menyentuh wajahnya.
Kupegang dagunya. Ku-dongakan ke atas, kutatap mata sembabnya yang masih mengeluarkan air mata itu. Air mata seorang wanita yang betul-betul merasa terhina, dan merasa di lecehkan oleh seorang pria yang baru saja di kenalnya. Merasa di perlakukan seperti seorang pelacur yang baru saja meminta untuk melayaninya di hadapan mucikari-nya.
Kucium lembut kening, pipi yang terasa basah oleh air mata dan kucoba lumat bibirnya. Wanita berkulit kuning langsat yang sudah terlanjur kesal karena merasa di lecehkan sampai ke titik terendah harga dirinya ini melengos, membuang wajahnya.
“Maafkan aku..,” kataku lagi, masih memegang dagunya itu.
Wanita berkulit kuning langsat ini diam. Menatapku, tidak berusaha menjauhkan atau menepis tanganku yang masih menyentuh dagu-nya itu. Tangisnya kembali pecah. Sambil menangis dia kembali berkata, “Apa dosa dan kesalahanku? Sampai harus mengalami nasib di permalukan seperti ini?” katanya lagi sambil menatap sendu ke arahku.
“Aku tidak tahu, mungkin saja ada kesalahan masa lalu, yang engkau sudah lupa, atau mungkin ada hal-hal yang engkau lakukan dulu yang belum engkau ceritakan padaku.” Kataku lagi, membiarkan wanita berkulit kuning langsat ini meluapkan semua emosi dan perasaannya malam ini di dadaku. Sambil memeluk dan membenamkan seluruh wajahnya di dadaku, dia kembali menangis.
“Aku akan ceritakan semuanya, tapi maukah Mas berjanji padaku?”
“Berjanji untuk apa?”
“Berjanjilah padaku. Bahwa Mas tidak akan pergi meninggalkanku setelah aku ceritakan semua masa laluku itu nanti.”
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H