****
Terkadang, aku begitu membenci dan merasa jijik dengan tubuh yang aku tempati ini. Sering aku bercermin sambil menangis seorang diri di saat aku menatap wajah dan tubuh yang terlihat begitu asing buatku ini. Jujur saja, aku sudah tidak perduli lagi dengan tubuh ini. Saat itu aku merasa Tuhan sangat tak adil padaku. Dan saat itu aku semakin menggila. Entah sudah berapa banyak pria yang berhasil menyetubuhiku atas nama cinta. Aku tahu, saat itu mereka sedang membohongiku, juga berusaha membohongi diri mereka sendiri demi nafsu.
Setelah lelaki pengecut itu memutuskan hubungan kami melalui pesan singkat. Aku menjadi liar dan tak terkendali. Bahkan anak lelaki bau kencur yang baru saja lulus kuliah, dan meminta bantuanku untuk masuk ke tempat kerjanya itu pun, aku biarkan menyetubuhiku. Menurutnya, dia lakukan itu sebagai imbalan balas budi karena aku sudah menolongnya hingga  dia bisa di terima masuk ketempat kerjanya itu.
Sekian lama 'brondong' itu menjadikanku kekasih gelapnya. Hingga, perlahan-lahan, diapun pergi meninggalkanku karena menikah dengan kekasihnya, dan waktu itu aku menolak untuk melanjutkan hubungan gelap itu. Sebenarnya aku tahu dia akan meninggalkanku setelah terjadi pertengkaran hebat ketika dia bilang mau menikah. Saat itu semua pesannya tak kubalas, telponnya tak kujawab. Aku ingin menyendiri dalam tangisan. Dan waktu itu, kamar mandi adalah tempat yang paling aman buatku menangis seorang diri.
Meski kecewa, aku tidak menyalahkan dirinya yang lebih memilih wanita baik-baik yang masih polos dan tak bernoda itu, ketimbang memilih wanita yang sudah terlanjur rusak sepertiku.
Anehnya aku tak pernah kapok dan menyesal, setelah 'brondong' itu pergi meninggalkanku. Aku kembali menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang dulu pernah membantuku, lelaki itu adalah mantan atasanku yang pernah membantu mempromosikan jabatan buatku.
Setelah perceraian dengan istri keduanya itu dia sering mengajakku bertemu. Berbagai cara dia lakukan agar bisa terus menyetubuhiku. Mulai dari mengajakku pergi dinas keluar kota bersamanya, memanggilku ke ruangan kerja di dalam kantor nya hingga mengajakku tidur di dalam rumahnya. Dan kala itu aku selalu dalam posisi tak berdaya, tipu muslihatnya kurasakan begitu halus tapi begitu kuat mencengkeramku. Sehingga saat itu aku semakin tidak berdaya menghadapinya.
Selain menjalin hubungan dengan mantan atasanku yang saat ini sudah pensiun, aku juga menjalin hubungan dengan rekan kerja yang sering membantu kegiatanku. Seringnya pergi berdua keluar kota dalam rangka kegiatan bersama. Tanpa sengaja telah kembali membuka pintu hatiku untuk rekan kerja yang ketampanannya itu sebenarnya jauh di bawah suamiku. Dan saat itu, atas nama cinta, diapun berhasil menyetubuhiku di saat anak-anak didikku sedang melakukan kegiatan di luar kota bersamaku.
Hubunganku dengan lelaki itu tidak berlangsung lama. Aku putuskan untuk pergi meninggalkan lelaki yang sudah memiliki istri, namun lebih suka menyetubuhiku di bandingkan menyetubuhi istrinya itu.
Dan yang terakhir adalah dengan beberapa orang yang juga pernah membantuku, mulai dari seorang oknum jaksa yang kala itu membantu ketika aku sedang terseret kasus yang di tuduhkan oleh beberapa orang terhadapku. Hingga beberapa orang oknum keamanan negara yang saat ini masih aktif dinas di kota ku itu. Tapi dengan oknum jaksa yang meminta 'servis' setelah berhasil membantu kasusku itu, aku tidak sempat berhubungan badan. Saat itu aku sedang datang bulan, dia hanya minta untuk melakukan Seks oral di dalam kamar hotel di tempat dia menginap malam itu.
Setelah kejadian itu, beberapa kali oknum Jaksa itu coba menghubungiku. Mengajakku kembali bertemu. Tapi hingga saat ini, aku tidak pernah melayani permintaannya untuk mengajakku bersetubuh dengannya itu. Aku muak! Semua lelaki yang membantuku, ternyata hanya ingin mencicipi kemolekan tubuhku semata. Kebosanan melandaku, dan aku lelah dengan semua kemunafikan itu.
"Bagaimana dengan mantan atasanmu, serta beberapa orang oknum alat negara yang saat ini masih aktif dinas itu? Apakah saat ini engkau masih menjalin hubungan dengan mereka semua?"
Tidak! Setelah aku mengenalmu, perlahan-lahan aku mulai meninggalkan mereka satu persatu. Aku sudah lelah dan bosan, kebahagiaan yang ku cari tidak pernah kutemukan, jiwaku terasa hampa. Aku sudah tidak pernah melayani ajakan mereka untuk kembali bertemu.
Betul katamu. Dan sekarang aku sadar. Selama ini aku sudah membohongi semua orang dengan penampilan luarku. Selama ini aku berlaku layaknya perempuan suci di hadapan semua orang. Di luar rumah, aku selalu memakai hijab, yang di mata sebagian orang yang tidak betul-betul mengenalku, menganggap apa yang kukenakan itu adalah agar aku terjaga dari pandangan mata pria-pria nakal yang bukan Mahram -ku. Padahal saat itu aku memakai pakaian itu karena sedang mengikuti gaya berpakaian yang sedang populer saat itu.
Sekarang aku sadar. Ternyata selama ini aku begitu munafik, di hadapan semua orang. Hijab yang selalu kukenakan dan gelar hajjah di depan namaku itu hanya 'topeng' Â yang kupakai untuk menipu orang-orang yang tidak mengenalku. Mereka semua bisa aku kelabui dengan penampilan luarku. Tapi tidak denganmu! Aku tidak mampu untuk menyembunyikan semua itu dari pandangan matamu. Dan, seperti yang engkau bilang dulu, di matamu, aku ini telanjang! Sama sekali tidak mengenakan pakaian.
Engkau tidak salah dalam menilaiku. Dan memang seperti itulah keadaanku. Dan setelah mengenalmu, aku sadar. Sebenarnya, selama ini aku sedang berusaha untuk menutupi 'bangkai' dosa dan maksiat ku itu dari pandangan mata semua orang-orang yang berada di sekelilingku.
Dan sekarang engkau sudah tahu siapa aku. Aku pasrah. Sekarang terserah! Jika setelah mendengarkan semua cerita masa laluku ini, dan bila kejujuranku ini terlalu menyakitkan buatmu, dan engkau memilih untuk mundur, dan akan pergi meninggalkanku. Aku iklas! Dan seperti katamu dulu, biarlah mulai saat ini, aku mulai belajar untuk mencintaimu karena Tuhanku.
Aku teramat mencintaimu! Lebih dari rasa cintaku pada suami dan semua mantan-mantanku dulu. Walaupun engkau belum pernah menyentuhku. Jujur saja, saat ini aku tidak ingin kehilanganmu. Tapi aku juga sadar. Tidak pantas rasanya, pelacur yang hina sepertiku ini berharap lebih untuk mendapatkan cintamu.
Dan seperti yang selalu engkau katakan padaku. Jika kita terlalu berlebihan di dalam mencintai sesuatu, dan begitu takut kehilangan yang kita cintai itu. Maka suatu saat, Tuhan akan mengambil dan memisahkanmu dari apa yang kau cintai itu dengan cara yang begitu menyakitkan buatmu. Dan aku tak mau itu, saat ini  aku berusaha kendalikan rasa berlebihan ini padamu, karena aku tak mau kehilanganmu.
Engkau binatang jalang yang mendatangiku di sepertiga malam. Dikala aku curahkan kepasrahanku pada Tuhan, di saat aku menangis diam-diam, di saat aku merasa malu pada Tuhan.Â
Kenapa kau malah mendatangiku?
Hingga perkenalanku denganmu itu lambat laun membuatku merasa takut kehilanganmu. Kau adalah binatang jalang. Kenapa harus darimu aku banyak belajar? kenapa harus dari mulutmu aku mendengar? bahwa rasa cinta itu Tuhan ciptakan, sesungguhnya adalah untuk belajar mengenal dan mengagungkan Sang pemilik cinta itu sendiri.Â
Dan setelah mengenalmu aku baru sadar! Selama ini aku telah salah jalan. Waktu itu, di dalam kegelapan aku sendirian. Aku tersesat. Cinta buta telah membutakan hati dan pikiranku. Dan jujur saja. Saat ini aku begitu lelah. Aku jenuh dengan semua ini! Cinta buta yang selama ini kukejar karena nafsu, bukannya mendekatkan aku pada Sang Pemilik Cinta itu, tapi malah membuatku semakin jauh meninggalkan Sang Pemilik Cinta itu sendiri. Selama ini aku terperdaya oleh nafsu yang bertopengkan cinta.
Darimu aku belajar mengenal cinta. Di jalan sunyi ini, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang pantas untuk kutawarkan padamu agar menerima cintaku ini. Dan semuanya, telah kuceritakan padamu, tanpa ada yang aku tutupi lagi. Dan seperti yang engkau katakan dulu. Saat ini aku telah betul-betul telanjang bulat di depanmu.
Aku pasrah! dan jika engkau ingin pergi meninggalkanku karena merasa jijik setelah mendengarkan semua cerita kelam masa laluku, pergilah. Aku iklas! Meski hati ini terasa begitu perih, dan begitu takut kehilanganmu. Tapi aku sadar, tidak ada lelaki yang kuat dengan semua cerita kelamku itu. Walau di dalam kepasrahan aku masih berharap bisa tetap bersamamu. Tapi aku tidak kuasa menahanmu untuk terus bersamaku.
Jika engkau akan pergi meninggalkanku, izinkan aku untuk tetap berada di tempat ini. Di jalan sunyi yang baru saja kau tunjukan padaku ini, biarlah pelacur yang hina ini tetap mengenangmu. Sebagai lelaki yang pernah mengatakan padaku, "Jika pun suatu saat aku jatuh cinta padamu. Izinkan aku mencintaimu karena Tuhanku, bukan karena nafsu."Â
Saat ini, begitu ingin aku menangis di bahumu. Tapi demi semua ucapanmu dulu. Aku tidak akan lakukan itu. Sekarang, jika engkau ingin pergi meninggalkanku. Pergilah! Biarkan aku disini seorang diri. Aku tahu di luar sana masih banyak bidadari cantik lainnya yang lebih suci dan jauh lebih menarik di bandingkan pelacur yang hina ini.
Tapi, sekali lagi tolong izinkan aku untuk tetap berada di sini. Di jalanmu, di jalan sunyi. Tempat di mana engkau pernah mengajariku arti cinta yang sejati. Aku mohon, biarkan aku tetap berada di sini. Di jalan sunyi, dimana dulu aku pertama kali engkau temui.
Izinkan aku untuk tetap menunggumu di tempat ini. Seperti katamu dulu, biarkan aku belajar mencintaimu karena Tuhanku.Â
Jika ingin pergi. Pergilah. Biarkan aku menunggumu di tempat ini. Di jalan sunyi, di tempat aku akan terus menunggumu, hingga nanti ajal kan datang menjemputku di tempat ini.
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H