Di bawah siraman cahaya bulan, waktu itu engkau kembali bertanya, "Ayah, apakah buat orang-orang sepertiku, Tuhan masih mau mendengar dan mengabulkan permintaanku?"
Spontan aku menjawab, "Tentu saja, Dia akan selalu ada untuk hamba-Nya, hamba yang selalu ingat dan setiap saat selalu rindu ingin menyebut nama-Nya."
Perlahan gerimis mulai turun membasahi sekujur tubuhku, makam, dan juga bunga mawar yang baru saja kutabur di pusaramu.
"Ayah sayang Bunda. Tidurlah yang lelap. Semoga engkau mimpi indah di dalam tidur panjangmu."
****
Hari ini adalah tanggal sembilan bulan sembilan. Genap setahun dari saat di mana dulu pada hari dan tanggal yang sama aku mengunjungi pusaramu, rumah peristirahatanmu yang terakhir.
Dan, di sini, tepat tiga tahun yang lalu, di bawah sinar bulan purnama, di malam terakhir engkau menemuiku, kaurebahkan kepalamu di bahuku. Suasana begitu hening. Sambil menangis, engkau tumpahkan semua rasa sesal, kepedihan, dan ketakutanmu di dadaku. Aku terpaku mendengar semua ceritamu.
Angin bertiup kencang, mendung datang. Di antara dedaunan yang mulai berguguran, dari trotoar jalanan, kutatap awan hitam yang mulai menutupi cahaya bulan. Aku tahu, begitu berat rasanya bagimu saat itu untuk bercerita tentang semua kehidupan pribadimu. Aku tahu, engkau wanita hebat. Kepasrahanmulah yang akhirnya berhasil memenangkan pertempuran yang saat itu tengah berlangsung di dalam kebimbangan hatimu.
Jauh di dalam relung hatimu yang paling dalam, aku bisa merasakan ketakutanmu yang membuatmu tidak pernah mau memberikan alamat rumah dan nomor ponselmu padaku. Namun malam itu, kulihat engkau begitu pasrah untuk siap dengan semua keputusanku setelah mendengarkan semua cerita tentang hal-hal yang selama ini menjadi momok yang begitu menakutkan bagimu. Sambil menghela nafas, di antara desiran angin malam, perlahan engkau mulai bercerita.
Dulu, cerita tentang gemerlapnya ibu kota membulatkan tekadmu meninggalkan kampung halamanmu. Di iringi tangis teman-teman sepengajianmu, engkau lambaikan tanganmu pada kedua orangtuamu dan juga teman-temanmu yang mengantarmu sampai di batas antardusun di bawah kaki bukit.