Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

4 Februari 2019   16:53 Diperbarui: 7 Februari 2019   00:03 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Dua Puluh Satu

Di Bekas Negara Kesatuan Republik Indonesia

*

Mataku menyapu sekeliling bekas bangunan. Puing-puingnya berserakan di mana-mana. Sebagian besar telah rata dengan tanah.

Kutatap anak muda di depanku yang tadi menangis di bahuku, "Apa pada masa ini tidak ada lagi Perserikatan Bangsa-Bangsa?"

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB atau UN: United Nations) adalah organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong kerja sama internasional. Markas PBB terletak di New York, Amerika Serikat. Kantor utama lain terletak di Jenewa, Nairobi, dan Wina.

Badan pengganti Liga Bangsa-Bangsa ini didirikan setelah Perang Dunia II untuk mencegah terjadinya konflik serupa. Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota. Kini, 193 anggota.

Tujuan utama PBB adalah (1) menjaga perdamaian dan keamanan dunia, (2) memajukan dan mendorong hubungan persaudaraan antarbangsa melalui penghormatan hak asasi manusia, (3) membina kerjasama internasional dalam pembangunan bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, (4) menjadi pusat penyelarasan segala tindakan bersama terhadap negara yang membahayakan perdamaian dunia, dan (5) menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata.

"Menurut sejarah yang pernah kubaca, sebelum perang SARA terjadi di NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia, konflik nuklir lebih dulu terjadi pada bulan Maret tahun 2019. Korea Utara meluncurkan rudal nuklir ke Honolulu, Hawaii. Amerika Serikat merespons dengan dua rudal jelajah. China dan Rusia membantu Korea Utara melawan Amerika Serikat, Inggris, dan negara sekutu lainnya. Perang Dunia ke III itu terjadi hingga tahun 2023.

Pada tahun 2025 organisasi PBB itu bubar. Negara-negara yang berasal dari Blok Barat dan Blok Timur, yang tidak ikut musnah pada perang Dunia ke III itu, kembali berperang.

Mereka memperebutkan sumber daya alam di wilayah bekas NKRI, yang telah bubar dan menjadi negara-negara kecil pada tahun 2020. Mereka memanfaatkan perang SARA yang tak kunjung berakhir di antara penduduk bekas negara yang dulu begitu kuat bersatu dengan semboyan Bineka Tunggal Ika.

Banyak di antara negara bekas wilayah NKRI menjadi kacung dari negara-negara yang berasal dari Blok Barat dan Blok Timur yang sudah memindahkan medan perangnya ke wilayah ini. Mereka memberi persenjataan dengan perjanjian barter. Persenjataan dibayar dengan sumber daya alam yang dimiliki oleh bekas NKRI. Aneka kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya yang masih memiliki jejaknya hingga kini.

Akan tetapi, pada saat yang sama, sebagian besar manusia-manusia di negara-negara bekas NKRI sudah menjadi budak. Para budak dikontrakkan kepada pihak ketiga, yakni perusahan dari negara yang membiayai perang SARA tersebut. Kemenangan mereka akan memberikan sumber daya alam dari negara yang berhasil mereka kalahkan dan negara yang memenangkan perang harus memberikan manusia-manusianya untuk di jadikan budak di tambang, perkebunan, dan lainnya milik perusahaan pemodal perang SARA tersebut.

Kemenangan berbayar sumber daya alam dan perbudakan. Namun, hanya orang-orang yang masih kuat yang mereka pilih menjadi budak. Anak-anak serta perempuan dan laki-laki lanjut usia dibunuh oleh mereka. Bagi mereka, itu adalah manusia yang tidak ada gunanya.

Para budak tidak diperbolehkan mempunyai keturunan. Mereka dikebiri terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka tidak akan memiliki keturunan," suaranya melemah.

Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.

Ia menghela nafas seraya memandang ke arah teman-temannya yang sedari tadi juga ikut mendengarkan ucapannya. Mereka tampak waspada kalau-kalau ada serangan musuh secara tiba-tiba.

"Kami berperang dengan persenjataan berat yang berasal dari dua kubu itu. Berperang dengan orang-orang yang, kata orang tua kami, dulunya adalah saudara kami, sebangsa dan setanah air, di NKRI itu.

Kami-kami ini berasal dari wilayah yang kalah perang. Saudara-saudara kami yang tidak terbunuh sudah tertangkap oleh mereka dan sudah menjadi budak. Tinggal menunggu waktu saja, kami pun akan terbunuh atau tertangkap oleh mereka.

Saat ini pasukan mereka sedang menyisir wilayah ini untuk memastikan bahwa tidak ada lagi orang-orang yang berasal dari kelompok kami hidup apalagi sampai memegang senjata.

Kami berpikiran sama seperti musuh-musuh kami. Dengan membiarkan musuh kami hidup, maka itu sama dengan memasangkan bom waktu ke tubuh kami sendiri. Setiap saat bisa saja meledak dan menghancurkan tubuh kami berkeping-keping.

Bagi kami, mereka yang tidak sekelompok dengan kami itu lebih rendah dari binatang. Nyawa mereka lebih murah dari seekor ayam," katanya dingin dengan mata tajam menatapku. Sangat tajam. Aku menangkap aura kemarahan dan dendam kesumat di situ.

Kualihkan pandanganku sambil berjalan menuju salah satu sudut bangunan yang sepertinya adalah bekas jendela. Aku berdiri di depan sisa-sisa daun jendela yang sepotong kacanya masih utuh melekat di bingkainya.

Pantulan bayangan Sang Waktu dan tubuhku tampak di situ. Tanpa sadar air mataku menitik. Negara besar itu kini sudah tidak ada lagi.

Seketika mataku melihat bayangan sosok pria tua berusia sekitar 79 tahun mengenakan kemeja lengan panjang berwarna coklat muda tengah berdiri. Ada seorang anak kecil di sampingnya. Anak itu kira-kira berusia 10 tahun!!

Terkejut, aku membalikan badanku menatap Sang Waktu yang tersenyum tanpa rasa ke arahku. Kembali aku menatap ke kaca. Bayangan wajah kecil itu memantul di pecahan kaca bekas jendela itu. Matanya menatapku!

Namun, "Kek, awas!!!".

"Booomm!!!"

Sedetik aku berpaling ke arah suara jeritan anak muda, yang barusan aku tahu, ia bernama Doni.

"Kek, lari! Selamatkan diri Kakek! Mereka sudah berhasil menguasai tempat ini!" dan suara itu terputus. Aku berlari memeluk tubuh yang tak lagi utuh.

Bersama perginya nyawa itu, aku meraung keras, "Tuhan, bukankah Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Mengapa engkau membiarkan anak-anak manusia ini saling membunuh antara satu dengan yang lainnya? Bukankah mereka adalah sama-sama ciptaan-Mu? Kenapa perang SARA ini harus terjadi?"

Sang Waktu bergeming menatapku. Sekali lagi, kutatap wajah Sang Waktu yang tanpa rasa memandang ke arahku dan ke arah jasad anak muda dalam pelukanku.

Ia memintaku berdiri dan mengajakku pergi. Aku pun berdiri mengikuti langkah Sang Waktu yang terus berjalan meninggalkan tempat ini. 

Di antara puing-puing reruntuhan bangunan yang sudah rata dengan tanah, dan di antara mayat-mayat bergelimpangan. Sayup kudengar, 

"Kehendak itu ada padamu. Yang baik dan yang jahat. Keputusanmu adalah tempatmu kelak."


- Bersambung -

Referensi 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun