Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

26 Januari 2019   16:34 Diperbarui: 3 Februari 2019   21:33 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kaget mendengar jawaban sang Waktu barusan. Sebelum aku bertanya lebih jauh, sang Waktu kembali meneruskan ucapannya.

"Dulunya wilayah ini adalah salah satu bagian dari wilayah Republik Indonesia (RI) atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Atau lebih umum disebut Indonesia.

Salah satu negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa. Dahulunya negara besar itu berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Negara besar itu dulunya memiliki kepulauan terbesar di dunia, dengan kurang lebih sekitar 17.504 pulau di dalamnya.

Negara yang menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai itu, pada awal mulanya adalah negara demokratis dengan populasi hampir 270.054.853 juta jiwa di tahun 2018 juga menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. 

Dengan lebih dari 230 juta jiwa mayoritas agamanya adalah agama Islam. Atau sekitar 85,2% dari total jumlah penduduk Indonesia kala itu. Menjadikan negara itu menjadi negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. 

Tapi sayangnya, negara yang memiliki semboyan, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu") ini pada Pilpres 2019 yang lalu tidak berjalan mulus. 

Sebagai negara pengguna internet yang berada pada peringkat ke-8 di dunia pada saat itu, yang dari jumlah pengguna internet tersebut, 80 persen di antaranya adalah remaja yang berusia 15 sampai dengan 19 tahun.

Dengan pengguna internet sekitar 83,7 juta orang atau berada pada peringkat ke-6 di dunia.  Saat itu, negara besar itu tidak mampu bertahan akibat imbas dari perkembangan zaman teknologi informasi.

Kasus-kasus terkait ujaran kebencian (hate speech) dan hoaks (hoax) semakin meningkat di Indonesia paska Pilpres yang tidak berjalan mulus.

Ujaran kebencian yang di awalnya hanya ditujukan kepada orang per orang, pada Pilpres itu juga menyerang kelompok Suku, ras, agama dan golongan (SARA).

Dan sebagai negara majemuk dengan beragam suku, ras, agama dan golongan. Negara Indonesia adalah negara yang paling rawan terhadap konflik SARA. Perbedaan pandangan antar kelompok masyarakat di suatu wilayah menjadi pemicu pecahnya bentrok di antara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun